TEMPO Interaktif, Jakarta - PT Mitra Makmur Jaya Abadi (PT MMJA) membantah adanya penyekapan di lokasi penampungan calon pekerja wanita di Jalan Muara Tanjung Barat 16, Jagakarsa, Jakarta Selatan. "Tidak ada penyekapan di sini, yang ada adalah penampungan," ujar Komisaris PT MMJA Titik Hatta, Selasa (16/2).
Namun, Titik tidak membantah bahwa para calon pekerja yang ada di penampungan mereka tidak diperkenankan keluar. "Mereka memang tidak boleh keluar, karena kami tampung untuk didik. Selain itu kami khawatir mereka akan pulang, semua penampungan memang seperti itu," ujarnya.
Perusahaan beralasan rugi jika calon pekerja yang mereka tampung pulang. "Karena sudah ada kontrak antara kami dengan mereka, kami juga telah mengeluarkan biaya untuk mendatangkan mereka dan mendidik di sini," ujarnya.
Mengenai laporan adanya tindak kekerasan di penampungannya, Titik juga tidak membantah. "Itu memang pernah terjadi, karena salah satu mereka membikin ribut pada saat teman-temannya sedang melakukan ibadah, sehingga petugas keamanan kami memukulnya" ujarnya. "Namun kami sudah menindak petugas keamanan kami tersebut, hari itu juga sudah kami pecat."
Titik juga membantah bahwa pihaknya telah berbohong terhadap para pekerja tersebut. "Mereka tidak bisa dipekerjakan ke Malaysia karena hingga saat ini pemerintah masih menutup pengiriman TKW ke Malaysia," katanya.
Ia mengaku awalnya menjanjikan para calon pekerja tersebut akan bisa berkerja ke Malaysia setelah dua bulan menjalani pendidikan di penampungan. Namun, ternyata pada pertengahan November tahun lalu, pengiriman TKW ke Malaysia tidak diperbolehkan, akibatnya para calon pekerja tersebut harus berlama-lama tinggal di penampungan.
"Kami sendiri berharap mereka sudah bisa diperkerjakan setelah dua bulan. Semakin lama di sini semakin besar biaya yang kami keluarkan," ujarnya.
Sekitar 300 calon TKW di penampungan PT MMJA, yang sebagian besar adalah warga NTT, memaksa untuk dipulangkan karena mereka merasa dibohongi oleh pihak perusahaan yang tidak kunjung memberangkatkan mereka.
Selain itu para calon pekerja tersebut juga mengeluhkan adanya perlakuan kasar pihak perusahaan terhadap mereka. Seperti yang dialami oleh Eka Reni Wati, 18 tahun, asal Lampung yang mengaku pernah dipukul satpam perusahaan tersebut. Bukan hanya perlakuan kasar, para calon pekerja tersebut juga dilarang keluar dari area penampungan.
Hal tersebut terungkap dalam dialog antara perwakilan Kantor Penghubng NTT di Jakarta, Forum Pemuda Kupang-Jakarta dengan para calon pekerja di penampungan tersebut.
"Kami datang ke sini karena mendapat laporan bahwa ada warga kami yang mendapat masalah di penampungan ini," ujar Kepala Hubungan Antar Lembaga II, Kantor Penghubung NTT di Jakarta, Berto Lalo. "Karena itu kami ingin cek langsung," tambahnya.
Sekjen Forum Pemuda Kupang-Jakarta, M. Ardi Mbalembout, mengatakan bahwa dia mendapat laporan bahwa para calon pekerja yang sebagian besar adalah warga Kupang tersebut mendapat perlakuan kasar di penampungan itu. "Hingga kekerasan fisik, dipukul dan ada yang digunduli rambutnya," ujarnya.
Salah satu calon pekerja dari NTT mengakui bahwa ada rekan mereka yang pernah dipukuli oleh petugas keamanan perusahaan. "Namun sekarang sudah diambil pulang oleh keluarganya," ujar Ester Lali Wonda, 35 tahun, yang telah berada di penampungan tersebut sejak tujuh bulan lalu.
AGUNG SEDAYU