TEMPO.CO, Jakarta - Pengacara anak korban pelecehan di sebuah sekolah taman kanak-kanak bertaraf internasional di Jakarta, Andi M. Asrun, mengatakan keluarga korban menduga ada pelaku pencabulan lain yang belum ditangkap polisi. (Baca: Pelaku Pelecehan Bocah TK Adalah Karyawan Bayangan)
"Soalnya korban pernah bercerita dan menyebut dua nama petugas kebersihan lain di sekolah yang pernah melakukan aksi serupa," kata Andi saat dihubungi Tempo, Selasa, 15 April 2014. (Baca: Bocah Korban Pelecehan: Stop, Please Don't Do That)
Saat ini polisi telah menahan Agung, 28 tahun, dan Awan, 27 tahun, sebagai tersangka pelaku sodomi di siswa sekolah anak-anak ekspatriat itu. Adapun satu orang yang diduga turut membantu pelecehan ini, Afriska, 28 tahun, dilepas polisi karena tidak ditemukan bukti keterlibatannya. (Baca: Siswa TK Internasional Diduga Alami Pelecehan)
Meski bercuriga bahwa ada pelaku lain, Andi mengatakan identitas terduga pelaku itu masih samar. "Jumlah pelakunya bisa lebih banyak," kata Andi. Alasannya, virus herpes yang menginfeksi korban tidak ditemukan pada kedua terduga pelaku yang telah ditangkap. "Kami menduga virus herpes ini berasal dari pelaku lain yang belum teridentifikasi."
Lantaran adanya kejadian ini, puluhan orang tua siswa TK internasional tersebut berkumpul di sebuah rumah terpisah dari sekolah. Mereka diimbau untuk mengidentifikasi perilaku anak-anaknya dan memberi mereka arahan agar tidak mengalami nasib yang serupa dengan M. (Baca: Pelecehan Anak TK, Sekolah Dinilai Kebobolan Terima Pegawai)
Korban yang berusia 5 tahun diduga mengalami pelecehan seksual berupa sodomi serta siksaan fisik seperti pemukulan beberapa kali sejak Februari 2014, di dalam toilet sekolahnya. Kasus ini terungkap setelah ibu korban mengorek cerita dari anaknya yang berperilaku aneh dalam dua bulan terakhir.
PRAGA UTAMA
Topik terhangat:
Pemilu 2014 | Jokowi | Pesawat Kepresidenan | MH370 | Prabowo
Berita terpopuler:
Beda Bentuk Koalisi Jokowi, Prabowo, dan Aburizal
Cerita Investasi Ferdi Hasan Hingga Rugi Rp 12 M
Konvensi Demokrat Sudah Antiklimaks