TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang mendaftar menjadi sopir atau driver Go-Jek, bahkan mereka rela mengantre berjam-jam untuk mendaftar. Seiring dengan banyaknya animo masyarakat untuk bergabung bersama Go-Jek, dari karyawan swasta, mahasiswa, bahkan ada yang bergelar sarjana, tukang ojek pangkalan merasa keberadaan Go-Jek merugikan mereka. Menurut sejumlah tukang ojek pangkalan, pelanggan mereka beralih ke Go-Jek.
Iwan, salah seorang tukang ojek pangkalan di kawasan Rawajati, Jakarta Selatan, mengatakan sejak ada Go-Jek pendapatannya merosot. "Biasanya dapat lumayanlah, Rp 80 ribu dapat. Tetapi sejak ada Go-Jek, seharian cuma dapat satu sewa (penumpang)," kata Iwan.
Nasib serupa dialami ojek pangkalan di Siaga Raya, Jakarta Selatan, bernama Azis. "Biasanya nih sehari dapat Rp 60 ribu. Sejak ada Go-Jek, dari pagi hingga sekarang belum dapat satu pun penumpang," katanya.
Para ojek pangkalan bukannya tidak pernah diajak bergabung ke Gojek ataupun Grabbike. Mereka mengaku pernah ditawari ikut bergabung bersama Go-Jek ataupun Grabbike, tapi mereka menolaknya. "Kita dikasih selebaran untuk gabung Go-Jek," kata Iwan, ojek pangkalan. "Tapi enggak ada yang ikut gabung."
Ridwan dan Aziz, tukang ojek pangkalan di Siaga Raya, juga mengaku pernah ditawari gabung Go-Jek. "Beberapa kali mereka (Go-Jek) ngajak kita bergabung," kata Ridwan.
Kenapa mereka menolak? Alasannya beragam. Pertama, mereka keberatan dengan sistem bagi hasil yang diterapkan. Kalau gabung Go-Jek, kata Iwan, "Sama saja kita menggaji orang. Dia (Go-Jek) kan punya kantor. Kita capek keliling-keliling buat gaji orang. Kayak buruh pabrik saja."
Sedangkan kalau jadi tukang ojek, menurut Iwan, lebih santai dan tidak ada keterikatan.
Alasan ketiga, mereka menganggap jika mereka bergabung bersama Go-Jek ataupun Grabbike mereka akan saling serobot dalam mendapatkan penumpang. "Kalau di sini (di pagkalan) kita sistem gantian untuk dapat penumpang," kata Ridwan.
Alasan berikutnya, mereka menolak gabung dengan Go-Jek karena tak ingin kehilangan kebersamaan dengan rekan-rekannya sesama tukang ojek pangkalan. "Silaturahmi di antara kita masih terjaga," kata Azis.
Alasan kelima, seperti dikatakan Ridwan, sopir Go-Jek sudah terlalu banyak.
Sementara itu, Eko, salah seorang driver Go-Jek, yang baru satu bulan bergabung dengan Go-Jek, mengatakan bahwa dua orang temannya, yang merupakan tukang ojek pangkalan, berminat gabung ke Go-Jek.
RIDIAN EKA SAPUTRA
SIMAK JUGA:
Inilah Kawasan Anti-Go-Jek yang Wajib Diketahui Driver Go-Jek