TEMPO.CO, Jakarta - Nama budayawan Goenawan Mohamad selalu diidentikkan dengan Tempo. Sebab keberadaan Tempo memang tidak bisa dilepaskan dari sosok Goenawan. Dia, bersama kawan-kawannya, menjadi orang pertama yang memperjuangkan keberadaan Tempo agar tetap menjadi bacaan berkualitas bagi masyarakat.
"Sekarang saya sering mendengar orang berkata Tempo isinya bagus," kata GM--sapaan akrab Goenawan--ketika memberi sambutan dalam peringatan hari ulang tahun Tempo ke-45 di gedung Tempo, Jalan Palmerah Barat, Jakarta, Senin, 7 Maret 2016. "Tapi yang harus diingat bahwa Tempo yang bagus itu adalah hasil kerja dari organisasi."
Baca juga:
Goenawan mencontohkan, kerja organisasi yang dia maksud itu misalnya adalah transparansi penilaian dan proses kerja yang teratur. Kerja organisasi ini tentu tidak selalu mulus. Ada saja konflik yang muncul karena perbedaan pendapat. Kesalahan-kesalahan juga kerap terjadi. "Yang penting ada cara mengelola konflik," ujar GM.
Tempo berdiri sejak 7 Maret 1971. Menurut GM, inisiatif peringatan ulang tahun ke-45 tahun ini datang dari orang-orang bukan dari bagian direksi. "Ini membuktikan bahwa ciri Tempo yang demokratis masih bertahan."
Menurut Goenawan, di Tempo, siapa saja boleh memberi kritik. Sebab dari kritik-kritik itulah Tempo justru bisa berkembang lebih maju. Apalagi orang yang bekerja di Tempo berasal dari berbagai latar belakang. "Di Tempo tidak pernah dipersoalkan latar belakang agama dan etnisitas," katanya.
Baca juga:
REZKI ALVIONITASARI