TEMPO.CO, Jakarta - Warga Jakarta diimbau memeriksa instalasi listrik dan secepatnya mengganti jika sudah rapuh. Karena kerusakan pada instalasi ini menjadi penyebab utama kebakaran.
"Kebanyakan kebakaran di Tambora, sekitar 90 persen berasal dari arus pendek listrik dan hampir selalu terjadi pada malam hari," ujar Camat Tambora, Jakarta Barat, Djaharuddin, Selasa, 19 Januari 2016.
Pernyataan Djaharuddin ini terkait dengan kebakaran yang terjadi di Jalan Besi Raya, Tambora, pada Selasa dinihari, 19 Januari 2016. Si jago merah menewaskan Riki bersama istri, anak, dan ibu mertuanya. Satu jenazah lagi adalah karyawan usaha konveksi milik Riki.
Djaharuddin, yang baru menjabat Camat sepuluh hari ini, mengatakan telah melakukan pencegahan, seperti memeriksa instalasi listrik warga. Dia mengimbau warga mengganti instalasi listrik rumah yang sudah lama. "Cek kabel dan instalasi lainnya, kan kabel juga ada batas maksimal waktunya jangan sampai sudah rapuh belum juga diganti," ujarnya.
Dia menyesalkan letak rumah warga Tambora yang berdekatan. Atap rumah saling menempel sehingga udara dan cahaya matahari tidak masuk. "Kalau atap mereka ada celah, udara kan bisa masuk. Api itu mencari udara, kalau tidak ada udara api hanya merambat ke sekeliling rumah saja," ujar Djaharuddin.
Kebakaran di Tambora Selasa dinihari diduga akibat kesalahan pemasangan instalasi listrik. Kebakaran tersebut berawal dari korsleting listrik di rumah Riki. "Jumat lalu sekringnya dicopot sama PLN, tapi abis itu sama tukang listrik dipasang lagi," ujar Riyan Agustin, saksi awal kebakaran yang tinggal tepat di depan rumah Riki.
Selain rumah Riki dan Riyan, kebakaran itu menghanguskan tujuh rumah lain. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjelaskan pemerintah daerah hanya memberikan bantuan sekadarnya kepada para korban.
"Kalau kebakaran biasa kami bantu alat saja," kata Ahok, panggilan Basuki, yang hadir saat proyek pembangunan gedung St. Regis, Gatot Subroto, Jakarta, Selasa, 19 Januari 2016.
Menurut Ahok, korban kebakaran saat ini berbeda dengan orang zaman dahulu karena mereka tidak kehilangan seluruh harta bendanya. Orang zaman sekarang, katanya, menyimpan uang, deposito, bahkan perhiasan di bank. "Tidak ada lagi yang simpen duit di dalam bantal," ujarnya.
ARIEF HIDAYAT | AHMAD FAIZ