TEMPO.CO, Depok - Kepala Satuan Narkoba Polresta Depok Vivick Tjangkung mengatakan bandar narkoba di Depok digerakkan mahasiswa. Bahkan enam mahasiswa aktif yang telah menjadi pengguna dan penjual diciduk polisi dari rumah kos tempat mereka tinggal.
"Sekarang penyebaran narkoba dikendalikan mahasiswa. Jumlah mereka yang besar jadi target pasar di Depok," katanya, Kamis 21 Januari 2016.
Ia menuturkan, berpatokan dari 2014 sampai 2015, ada kenaikan jumlah kasus narkoba yang ditangani Polresta Depok. Pada 2014, hanya ada 220 kasus, lalu meningkat pada tahun lalu sampai 372 kasus narkoba. "Masih didominasi ganja. Dan 30 persen sabu-sabu. Rata-rata pengedar mahasiswa aktif," ujarnya.
Bandar kakap narkoba di Depok berasal dari Palembang dan Jakarta. Untuk ganja, pasokan paling besar berasal dari Aceh. Tahun lalu, Polres Depok berhasil menyita 360 kilogram ganja yang dibawa dari Aceh menggunakan truk. "Hasil pengembangan dari pengguna di Depok. Ditangkapnya di kawasan Bekasi," tuturnya.
Bahkan Depok saat ini sudah menjadi “surga” para pengedar ganja. Depok sudah dianggap sebagai save zone untuk para pengedar ganja. "Ini yang sedang kami selidiki. ISIS saja sudah ada yang dari Depok," ujarnya. Adapun wilayah yang menjadi titik rawan penyebaran narkoba berada di Sukmajaya, Bojonggede, dan Beji.
Senada, Kepala Badan Narkotika Nasional Kota Depok Ajun Komisaris Besar Syaefudin Zuhri mengatakan, berdasarkan data survei pengguna narkoba yang dilakukan BNN dan Universitas Indonesia pada 2012, pelajar dan mahasiswa yang sudah menjadi pengguna mencapai enam orang dari 100 orang. Bahkan yang sudah rutin menggunakan narkoba mencapai tiga orang. "Tahun ini akan diadakan kembali surveinya. Diperkirakan lebih tinggi lagi jumlah pengguna di Depok," katnaya.
Melihat kondisi sekarang, kata dia, pengguna narkoba memang cukup memprihatinkan. Soalnya, tren penggunaan di Depok berubah dari ganja menjadi sabu-sabu. Tahun lalu, kata dia, Depok kebagian merehabilitasi 750 orang dari 100 ribu orang yang ditargetkan secara nasional.
IMAM HAMDI