TEMPO.CO, Depok - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan ancaman narkoba lebih berbahaya daripada teroris. Musababnya, sedikitnya 30-50 orang Indonesia tewas akibat penyalahgunaan narkoba setiap hari.
"Sekarang narkoba sudah masuk ke semuanya. Angkatan yang sudah mau bintang saja kena narkoba," kata Luhut dalam kuliah umum di Balai Sidang Universitas Indonesia, Rabu, 20 April 2016.
Ia menuturkan bahaya narkoba sekarang bahkan sudah sangat ditakuti ulama di Indonesia. Ia menceritakan pengalamannya saat menemui kiai yang mempunyai banyak anggota jemaah. Bahkan kiai yang 30 tahun puasa tidak putus itu curhat kepada Luhut soal ketakutannya kepada narkoba, yang meracuni generasi muda.
"Kiai itu mengajak saya ke dalam kamar berdua saja. Saya kira mau berbicara apa. Ternyata kiai itu mau menyampaikan kekhawatirannya terhadap bahaya narkoba," katanya. "Saya diminta memeranginya."
Selain itu, Luhut meminta semua pihak memerangi narkoba tanpa pandang bulu. Bahkan ia memberi instruksi menggulung pengguna narkoba yang berlindung di balik pangkat orang tuanya. "Siapa orang tuanya kalau menggunakan narkoba buldoser. Bilang, Menkopulhukam yang memerintah. Tidak ada urusan siapa orang di baliknya," ujarnya.
Narkoba masih tumbuh subur karena ada supply and demand. Untuk itu, mata rantai narkoba mesti diputus. Apalagi penyalahgunaan narkoba dan pergaulan bebas menyumbang penambahan angka pengidap HIV.
Ia menuturkan Indonesia bukan lagi negara transit peredaran narkoba, melainkan sudah menjadi salah satu pasar utama di Asia. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional, pada 2015, jumlah pengguna narkoba di Indonesia telah mencapai 5,9 juta jiwa. "Jumlahnya meningkat dibanding 2011, yang mencapai 3,8 jiwa."
Menurut Luhut, 75 persen tahanan narkoba masih mengontrol bisnis narkoba dari dalam penjara. Karena itu, pemerintah akan membangun penjara terpencil dan terisolasi khusus bagi pengedar narkoba, begitu juga teroris. "Hukuman mati bagi pengedar narkoba," ucapnya.
IMAM HAMDI