TEMPO.CO, Bekasi - Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bekasi Ariyanto Hendrata mengatakan, sejak truk sampah DKI Jakarta diperbolehkan melintasi wilayah Bekasi selama 24 jam sejak November 2015, jalan protokol yang dilalui truk semakin berbau tak sedap. "Bau berasal dari air licit yang jatuh dari truk sampah," kata Ariyanto, Selasa, 14 Juni 2016.
Ariyanto mengatakan aroma tak sedap itu sudah tercium mulai dari pintu keluar Jalan Tol Bekasi Barat-Jalan Ahmad Yani-Jalan Siliwangi-Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, keluar Jalan Tol Jatiasih-Jalan Baru Cipendawa-Jalan Siliwangi-TPST Bantargebang. "Kami ingin dikembalikan seperti semula," tutur Ariyanto.
Menurut Ariyanto, dalam perjanjian awal disebutkan, truk sampah DKI hanya boleh melintas di Kota Bekasi pukul 21.00-04.00 WIB melalui Jalan Ahmad Yani selepas keluar Jalan Tol Bekasi Barat. Selebihnya, digunakan jalan alternatif Cibubur. "Tidak ada perjanjian menggunakan Jalan Cipendawa setelah keluar dari Jalan Tol Jatiasih," ucap Ariyanto.
Ariyanto mengatakan operasi dilakukan 24 jam sejak November 2015 karena ada penumpukan sampah di sejumlah titik di DKI. Sebab, truk mereka dihadang sejumlah elemen masyarakat di Cileungsi, Kabupaten Bogor. Namun kini, kondisi itu normal kembali. "Mengingat Ibu Kota sudah tidak darurat sampah lagi, harus dikembalikan seperti semula," katanya.
Asisten Daerah II Kota Bekasi, Dadang Hidayat, mengatakan regulasi yang mengatur operasional truk sampah DKI selama 24 jam tertuang dalam adendum perjanjian kerja sama pemanfaatan lahan TPST Bantargebang. Namun, hingga kini, adendum tersebut masih dalam pembahasan pemerintah DKI. "Operasional selama 24 jam karena DKI merupakan ibu kota sehingga harus bebas sampah," ujarnya.
Meski begitu, kata Dadang, Kota Bekasi tak serta-merta menerima keputusan operasional selama 24 jam. Ada beberapa persyaratan yang diminta, yakni truk yang digunakan harus tertutup sehingga air licit tak jatuh ke badan jalan.
Warga Bantargebang, Irwan Ardiyan, 28 tahun, mengatakan, sejak truk sampah beroperasi 24 jam, volume kendaraan tersebut cukup tinggi saat siang hari. "Jalan Raya Siliwangi kini semakin macet, berasa bau air licitnya buat pengguna jalan," kata karyawan swasta, yang setiap hari menggunakan jalan tersebut.
Managing Director PT Godang Tua Jaya, Dauglas J Manurung, mengatakan jumlah sampah DKI Jakarta yang masuk TPST Bantargebang kini membludak sejak operasional truk sampah 24 jam diberlakukan. Dalam sehari, volume sampah mencapai 7.000 ton per hari. "Mulai 2016, jumlah sampah yang masuk seharusnya 2.000 ton per hari," tuturnya.
Ia mengakui, kelebihan sampah yang masuk membuat pengolahan di sana tidak maksimal. Misalnya pengambilalihan gas metan menjadi pembangkit listrik yang tidak bisa disedot dengan baik. "Pengolahan tidak sesuai dengan target," tuturnya.
ADI WARSONO