TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat meresmikan revitalisasi kawasan pusat kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis petang, 12 Oktober 2017. "Revitalisasi sudah 90 persen," kata Djarot.
Djarot menyebutkan, revitalisasi mencakup perbaikan atap dan basemen di gedung teater Jakarta serta perbaikan plafon dan restroom gedung Graha Bakti Budaya. Selain itu, perbaikan dilakukan di Plaza Teater Jakarta, jalur pedestrian dari Cikini Raya sampai Kali Ciliwung, pembangunan kembali Masjid Amir Hamzah, dan revitalisasi kios kuliner.
Djarot mengingatkan misi awal pendirian TIM oleh Presiden RI pertama, Sukarno, dan Gubernur Jakarta periode 1966-1977, Ali Sadikin. Menurut dia, para pendahulu sudah memperkirakan bahwa tantangan warga Jakarta saat ini adalah menciptakan dan membangun masyarakat berbudaya. Djarot menyebutkan, kekerasan, konflik politik, ekonomi, dan perebutan jabatan politik, bisa dilembutkan dengan budaya.
Djarot melihat bahwa masyarakat saat ini seakan-akan lalai terhadap nilai spiritual budaya karena terlalu termotivasi untuk mengejar kebahagiaan secara materi. Padahal setiap jiwa manusia membutuhkan asupan melalui budaya. "Sebetulnya itulah Taman Ismail Marzuki hadir sebagai oase, memberikan penyegaran pada jiwa-jiwa yang goyah, lapar, dan gelisah. Itu menurut saya misi awalnya," ujarnya.
Fungsi lain TIM, kata Djarot, bisa digunakan untuk menciptakan budaya antikekerasan, suka berdialog serta menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan hati terang. "Bukan emosi, caci maki, dan demo terus-terusan. Negara lain sudah peduli mendisiplinkan semangat budaya, tapi kita selalu berkelahi di dalam," katanya.
Karena itu, Djarot menargetkan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk menyelesaikan pekerjaan revitalisasi sampai 15 Oktober 2017 atau bertepatan dengan masa jabatannya habis. Tak lupa, ia juga mengingatkan agar pembenahan di kawasan Taman Ismail Marzuki terus dilakukan.