TEMPO.CO, Jakarta – Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, pemerintah DKI sudah menjalin kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk mengelola sampah di Bantargebang. Kerja sama itu dilakukan untuk membangun proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). "Groundbreaking-nya nanti 21 Maret," kata Sandiaga di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Jumat, 9 Maret 2018.
Menurut Sandiaga, kerja sama dengan BPPT itu ditandatangani pada Desember 2017. PLTSa Bantargebang diproyeksikan menjadi pilot project pengelolaan sampah ramah lingkungan di ibu kota. Pembakit listrik itu nantinya membutuhkan sekitar 50 ton sampah dalam sehari. Sedangkan sampah dari Jakarta yang masuk ke Bantargebang sehari mencapai 7.000 ton.
Sandiaga mengatakan penggunaan teknologi dalam pengelolaan sampah diharapkan mampu mempanjang usia TPST Bantargebang. Sebab, saat ini diperkirakan kemampuan Bantargebang untuk menampung sampah tinggal 9 tahun lagi.
Selain waste to energy, kata Sandiaga, teknologi lain yang mulai diperkenalkan adalah black soldier fly (BSF). Teknologi ini digunakan untuk mengolah larva dari sampah menjadi protein untuk pakan ternak. "Dengan teknologi yang baik mudah-mudahan ini akan lebih sustainable," katanya.
Sandiaga Uno menambahkan, rencana pemerintah ini belum bisa berjalan mulus karena terkendala persoalan lahan. Sebab PT Godang Tua Jaya dan PT Navigat Organic Energy Indonesia yang sebelumnya menjadi pengelola di tempat itu, masih mempermasalahkan status lahan Bantargebang seluas 10 hektare. "Lahan itu kami pastikan (dulu) tidak ada permasalahan dengan legalitasnya, setelah itu dikerjasamakan," katanya.