TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono menanggapi santai pernyataan pengacara Saor Siagian soal kasus Novel Baswedan.
Kuasa hukum Novel, Saor Siagian meminta Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Azis mundur jika memang tak mampu mengungkap kasus kliennya.
"Kita tidak usah menanggapi, santai aja. Kita kerja aja yang penting," kata Argo di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin, 18 Juni 2018.
Baca: Kapolda Metro Didesak Mundur Jika Gagal Temukan Penyiram Novel
Kemarin, Saor Siagian mendesak Idham untuk jujur dan terbuka mengungkap kendala yang dihadapi polisi dalam mengusut kasus penyiraman air keras di mata kiri Novel.
Sebab, sampai sekarang polisi belum berhasil menangkap pelaku penyiraman padahal kasus ini terjadi 14 bulan lalu.
Menurut Argo, tak hanya kasus Novel yang belum terungkap. Masih ada kasus lainnya, seperti pembunuhan mahasiswa Universitas Indonesia, Akseyna Ahad Dori.
"Masih banyak kasus-kasus lain yang belum terungkap. Kasus Akseyna sudah berapa lama? Tiga tahun kan masih belum terungkap," ujar Argo.
Wajah Novel Baswedan disiram dua orang tak dikenal usai salat subuh di Masjid Al-Ihsan, Kelapa Gading, Pegangsaan Dua, Jakarta Utara pada 11 April 2018.
Baca: Polda Metro Tidak Serahkan Kasus Novel Baswedan ke Jakarta Utara
Tiga bulan setelah penyerangan itu, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian merilis sketsa wajah seorang pria. Menurut Tito, sketsa itu digambar setelah seorang saksi mengaku melihat wajah pelaku lima menit sebelum Novel diserang.
Namun, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Azis mengatakan sketsa wajah yang dirilis Tito bukan pelaku. Pada akhir November 2017, Polda Metro Jaya akhirnya merilis dua sketsa wajah pria yang berbeda.
Idham mengklaim kemiripan sketsa itu sudah 90 persen sesuai dengan wajah terduga penyerang. Salah satu sketsa yang dirilis Polda itu mirip dengan sketsa yang pernah dibuat Tempo.
Selain membuat sketsa, polisi juga memeriksa 68 orang saksi, 38 closed circuit television (CCTV), dan 109 toko kimia di DKI Jakarta dalam upaya mengungkap kasus Novel Baswedan. Tapi semua petunjuk hanya mengarahkan penyidik ke jalan buntu. Dari puluhan titik CCTV yang ada, polisi hanya bisa mengambil rekaman di dua titik.