TEMPO.CO, Jakarta - Tawuran remaja di kawasan Kebayoran Lama yang menewaskan seorang pelajar SMA Muhammadiyah, Slipi, menjadi sorotan masyarakat. Dalam insiden ini pelaku bertindak sadistis karena mengeroyok korban menggunakan senjata tajam lalu menyiramnya dengan air keras.
Baca: Tawuran Pelajar Sadistis, Korban Dibacok Lalu Disiram Air Keras
Menurut psikolog Universitas Pancasila Aully Grashinta, prilaku sadistis remaja muncul karena ada dorongan kelompok atau konformintas. "Prilaku remaja menjadi lebih agresif dan sadis salah satunya karena dorongan kelompok," kata Aully, Kamis, 6 September 2018.
Aully mengatakan, seseorang yang berada di dalam kelompok individunya akan melebur menjadi kelompok itu sendiri. Saat itulah mereka menjadi anonim atau tidak dalam identitas pribadi. Kondisi ke-anonim-an inilah yang membuat mereka lebih berani. "Sebab, mereka merasa konsekuensi yang terjadi nanti juga akan ditanggung bersama kelompok," ujarnya.
Selain itu, mereka yang berada dalam kelompok akan saling memberikan dorongan. Dorongan ini yang membuat mereka lebih berani mengambil resiko dan mau mengikuti apapun yang dilakukan kelompok. "Bahkan, meski tahu itu salah," kata Aully.
Selain kelompok, kecenderungan prilaku sadistis remaja juga dipengaruhi faktor lain. Misalnya saja kebiasaan untuk menyaksikan tayangan yang memiliki konten kekerasan. Tayangan itu bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari melalui berita-berita kekerasan atau games digital. "Bahkan, games digital ditengarai 70 persen mengandung kekerasan dan pornografi," ujar Aully.
Aully menambahkan, sebagai individu, remaja adalah sosok yang belum cukup matang secara fisik maupun psikologis untuk memahami dampak dari pengambilan keputusan dan prilakunya. "Kalau remaja sering kita sebut nekat sebenarnya karena mereka memang tidak sungguh-sungguh dapat memahami dampak dari prilakunya," ujar dia.
Baca: Pelaku Tawuran di Kebayoran Sadistis, Polisi: Dipengaruhi Miras
Kondisi itu semakin diperparah apa bila mereka di bawah pengaruh minuman keras. Sebab dampak minuman keras pasti mengganggu psikologis mereka. "Pengaruh minuman keras membuat seseorang sulit membedakan antara realitas dengan khayalan," ujarnya. Dalam keadaan itu remaja sangat mudah melakukan hal-hal yang negatif, termasuk tawuran.