TEMPO.CO, Jakarta - Banyak tukang becak di kawasan Teluk Gong, Jakarta Utara, tak pernah kapok meski telah berulangkali ditertibkan dan becak mereka dirampas aparat penertiban pemerintah DKI.
Rasmani, 46 tahun, salah satu tukang becak gigih tersebut. Ia pernah lima kali terjaring oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja saat Gubernur DKI Jakarta dijabat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Baca : Kata Tukang Becak Soal DKI Bangun 3 Shelter Becak Terpadu
"Lima becak saya pernah terjaring dan diambil. Kalau jaman Gubernur Ahok waswas saya. Seperti maling selalu tengok kiri kanan saat mangkal," kata Rasmini di pangkalan becaknya di Jalan L Teluk Gong, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu, 10 Oktober 2018.
Tiga becak parkir menunggu penumpang di Shelter Becak Terpadu di Jalan Fajar RW17 Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, 10 Oktober 2018. Tempo/Imam Hamdi
Meski telah terjaring dan becaknya dirampas petugas, Rasmini selalu kembali membeli becak yang dijual di sekitar kawasan Teluk Gong. Becak keenam pria asal Pekalongan, Jawa Tengah, itu dibeli seharga Rp 700 ribu.
Menurut dia, di era Ahok gubernur, harga becak nyaris naik dua kali lipat karena banyak yang mencarinya. "Harga biasanya cuma Rp 400-500 ribu sudah bagus. Pas Ahok sering nenertibkan tukang becak harganya jadi naik," ucapnya.
Simak :
Rekan Rasmani, Sriyono pun pernah mengalami perampasan becak oleh petugas Sarpol PP. Ia mengaku pernah dua kali terjaring dan becaknya dirampas petugas. "Ini becak saya yang ketiga."
Sriyono membenarkan bahwa harga becak di era Ahok gubernur menjadi tinggi. Bahkan, Rasmini membeli becak di kawasan Teluk Gong, seharga Rp 920 ribu. "Padahal becak saya yang dirampaa dulu belinya cuma Rp 400 ribu," ujarnya.
Ia mengatakan tidak sulit untuk mencari becak baru di kawasan Teluk Gong. Jika stok becak sedang habis, kata dia, becak bisa dikirim dari kawasan Kampung Melayu.
Jika pembeli memesannya, kata dia, biasanya becaknya bakal dibawakan pada malam hari, atau pembeli membawa sendiri pada malam hari dari Kampung Melayu. "Harganya sekarang lebih mahal," ujarnya.
Baca juga : Tukang Becak Teluk Gong Ini Mengelukan Becak Ilegal Berseliweran
Sriyono mengatakan tidak bisa berhenti menjadi penarik becak karena profesi ini satu-satunya mata pencariannya. Ia telah 20 tahun mengayuh becak untuk menafkahi keluarganya. "Sebelum tahun 1998 saya kuli bangunan. Setelah kerusuhan saya narik becak karena hasilnya lumayan," ujarnya.
Jika lagi banyak pelanggan becak, Sriyono bisa membawa pulang uang Rp 120-150 ribu. "Tapi kalau lagi sepi bisa cuma Rp 30 ribu. Apalagi sekarang saingannya sama ojek online," kata dia.