4. Pengambilalihan pengelolaan air dari swasta membuat semakin banyak warga menikmati air bersih
Albert menghitung, laba Aetra Rp 1 miliar per hari tersebut sama nilainya dengan mengratiskan biaya air untuk satu juta warga DKI setiap hari. Hal itu dihitung bila rata-rata warga DKI menghabiskan 144 liter air per hari dengan harga yang ada di DKI. "Kalau diambil alih, maka semakin banyak warga yang bisa mengakses air," kata dia.
Baca:
LBH Undang Bahas Swastanisasi Air, Begini Jawaban Anies
5. Aset negara kembali ke negara
Albert mengatakan, Aetra dan Palyja tidak membangun fasilitas baru untuk mengelola air di Jakarta. Swasta diduga menggunakan aset negara senilai Rp 1 triliun untuk menjalankan operasi usaha. Albert lantas membandingkan dengan Freeport, yang harus membangun pengeboran sendiri di Papua. "Swasta datang dan menggunakan fasilitas yang sudah dibangun oleh negara, yaitu milik PDAM," kata Albert.
Palyja menyelesaikan pekerjaan teknis di IPA 2 Pejompongan, Minggu, 18 Februari 2018.
6. Partisipasi Publik
Menurut Albert, jika air di Jakarta dikelola oleh BUMD, maka publik dapat lebih berpartisipasi. Akses informasi ihwal harga dan biaya dapat lebih mudah didapatkan. "Warga punya banyak mekanisme untuk mengontrol negara mengelola air melalui Gubernur, DPRD, atau Ombudsman," ujarnya.