TEMPO.CO, Tangerang - Kecelakaan bus pariwisata Kalimaya Mit A 7351 FL yang terguling di Jalur Puncak, Jawa Barat, pada Rabu lalu, 1 Mei 2019, menyisakan cerita pilu bagi para korban, termasuk para guru pendamping. Kecelakaan tersebut tepatnya terjadi di Tanjakan Selarong, Jalan Raya Puncak, Desa Cibogo, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Baca: Kecelakaan Bus Terguling di Puncak, Ini Kata Orang Tua Satu Siswa
Yuli Rosdiana, 20 tahun, adalah guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang turut mendampingi piknik perpisahan para siswa Kelas 6 SD Negeri Karang Harjo 1 Cisoka, Kabupaten Tangerang. Rombongan itu terdiri siswa SD dan murid PAUD.
"Korban seluruhnya 18 orang. Ada yang luka ringan, sedang, dan berat. Kaki saya masih memar-memar. Ibu saya ikut mengalami luka berat," kata Yuli ketika dihubungi Tempo hari ini, Kamis, 2 Mei 2019.
Menurut Yuli, ibunya, Sarnati (53), yang ikut dalam rombongan piknik mengalami patah tulang pundak. "Sampai pagi ini belum ke rumah sakit lagi, kami masih bingung. Kemarin pulang sendiri-sendiri."
Yuli menceritakan bus ukuran 3/4 tersebut mengangkut 27 penumpang plus sopir, yang selamat tanpa luka. Sebanyak 18 orang di antaranya mengalami luka sedang dan 4 luka berat. Selebihnya alami luka ringan.
Dia dan ibunya duduk bersebelahan di jok paling belakang. "Saat kejadian kaget, panik dan tahu-tahu terguling. Jadi waktu bus mau melewati tanjakan malah mundur dan rem blong," tutur Yuli.
Begitu bus terguling ke kiri, Yuli keluar lalu membantu evakuasi para siswa. Siswa yang pingsan diangkut dengan ambulance, mobil losbak, dan kendaraan warga ke Rumah Sakit Umum Ciawi. Acara ke Taman Matahari itu diikuti siswa Kelas 6 SDN Karang Harjo 1, sebagian siswa kelas 2, 4, 5, serta murid PAUD.
"Ada empat bus, di bus yang alami kecelakaan ada tujuh murid PAUD dan tujuh orangtua murid, siswa SD kelas 5 dan tiga guru pendamping, termasuk saya," kata Yuli. "Bus ke empat justru mogok jadi posisi jauh dari bus yang kecelakaan."
Rasmadi, orangtua siswa kelas 5 SD yang bernama Dhidat Rasmuliansyah, mengatakan mendengar kabar kecelakaan bus dari kawannya yang menjadi polisi di Polsek Ciawi. Rasmadi langsung menuju RSUD Ciawi. Sampai di RSUD Ciawi, anaknya masih di Unit Gawat Darurat. Sedangkan Korban lain sudah pulang ke Tangerang.
"Saya heran, tidak ada yang bertanggungjawab di rumah sakit. Anak saya terakhir di rumah sakit, bagaimana kalau saya tidak datang, anak saya pasti telantar," ucapnya.
Rasmadi juga sempat protes kepada pihak rumah sakit karena tidak ada keterangan rumah sakit rujukan padahal anaknya butuh operasi cepat. Dhidat mengalami luka parah yaitu tiga gigi atas patah dan patahan gigi itu menancap ke langit-langit dan menusuk ke arah hidung bagian dalam. Lalu gigi bawah tanggal satu.
Rasmadi juga menyesalkan pihak sekolah tidak responsif terhadap kejadian ini. Bahkan Yuli, yang notabene guru, juga kebingungan membawa ibunya ke rumah sakit.
Lihat: Dishub Hukum Transjakarta Rp 8 Miliar, Ini Daftar Kecelakaan Bus
Menurut Yuli, segera setelah kecelakaan bus Kepala Sekolah SDN Karang Harjo 1, Rafiudin, datang ke Ciawi untuk menjenguk para korban. Saat ini Rafiudin belum bisa dikonfirmasi mengenai peristiwa kecelakaan bus dengan korban 18 siswa terluka.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Bogor, Ajun Komisaris Muhammad Fadli Amrri, kepada Tempo mengatakan kecelakaan bus terjadi pukul 12.00 WIB. Saat itu bus melintas di Tanjakan Selarong menuju Puncak. Diduga kendaraan tidak kuat menanjak ditambah remnya blong. Bus itu pun mundur dan tak terkendali.
AYU CIPTA