TEMPO.CO, Jakarta - Kematian mahasiswa Universitas Indonesia, Akseyna Ahad Dori kembali diperbincangkan publik, bermula dari unggahan akun Twitter bernama @gilselalubenar. Akun itu menulis kasus kematian Akseyna dalam bentuk cerita ringkas dalam 70 postingan.
11 poin yang dianggap penting sebagai kronologi kematian Ace, nama kecil mahasiswa jurusan Biologi, FMIPA itu. Mulai dari sebelum jasadnya ditemukan hingga beberapa hari setelahnya. Postingan yang diupload pada Rabu 15 Juli 2020 itu kini telah mendapatkan 18 ribu komentar dan retweet, serta 67 ribu orang menyukai postingan itu.
Akseyna ditemukan mengambang di Danau Kenangan, Universitas Indonesia pada 26 Maret 2015. Saat ditemukan, jasadnya sulit dikenali karena telah bengkak, lebam di wajah, dan tanpa identitas. Tubuhnya berjaket hitam, kaos putih polos, celana hijau dan menyandang sebuah tas ransel yang berisi batu seberat 14 kilogram saat ditemukan.
Kapolresta Depok yang saat itu dijabat Komisaris Besar Ahmad Subarkah menyebut Akseyna mati karena bunuh diri. Namun, dugaan itu kemudian diubah: Ace, mati karena dibunuh. Ini diperkuat karena polisi menganalisis tulisan secarik kertas yang ditemukan di kamar Ace, yang diduga ditulis oleh dua orang. Ada pula sobekan di sepatunya yang diduga rusak karena dia diseret pelaku menuju Danau Kenanga.
Dugaan-dugaan itu tak pernah terungkap, hingga enam Kapolres Depok silih berganti, kematian Ace masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.
Berikut adalah fakta perjalanan kasus kematian Akseyna Ahad Dori:
1.Semula diduga bunuh diri
Juru bicara Kepolisian Resor Depok Inspektur Dua Bagus Suwardi saat itu sempat mengatakan bahwa kematian Akseyna merupakan kejadian bunuh diri. "Berdasarkan bukti kemungkinan bunuh diri," kata Bagus, 8 April 2015.
Bukti yang dimaksud adalah temuan batu dalam tas Akseyna sebagai alat untuk menenggelamkan diri. Namun danau tempat jasad Akseyna terlalu dangkal. Akseyna ditemukan mengapung 1 meter dari tepi danau. Kedalaman air di titik itu hanya 1,5 meter, sedangkan tinggi Akseyna 1,7 meter.