TEMPO.CO, Depok - Korban penipuan kerja like dan subscribe YouTube, SN mengatakan tertarik dengan tawaran kerja paruh waktu itu karena grup Telegram pelaku memiliki anggota aktif hingga 300.
SN mengungkapkan mulanya pelaku mengirim pesan melalui aplikasi WhatsApp berulang kali, bahkan menelpon. Setelah menanyakan tujuan pelaku, korban diundang ke grup Telegram yang dibuat pelaku.
"Awalnya saya tidak tertarik untuk gabung, tapi saat dimasukkan ke grup Telegram yang ramai, isinya ada 300 orang lebih," kata SN, saat dikonfirmasi, Rabu, 10 Mei 2023.
Grup Telegram Aktif
Menurut korban grup tersebut aktif dan terlihat meyakinkan. Mulanya ia hanya iseng mengikuti arahan dan tugas dari pelaku untuk melakukan like dan subscribe video YouTube.
Awalnya pelaku memberi trial dulu, memperkenalkan diri dan menginformasikan ada trial untuk dicoba.
"Sebelum dipindahkan ke grup Telegram saya cobain tuh, like dan subscribe doang, kayak gini doang tugasnya like dan subscribe aja," kata perempuan warga Depok itu.
Setelah itu, pelaku mengundang korban ke grup Telegram, di sana ada sekitar 300 anggota lebih. Jumlah member di grup tersebut membuat SN yakin.
"Jadi seolah-olah kayak yang beneran, waktu itu kan saya postingnya malam, magrib itu 1 Mei, jadi pelaku sudah ada tugas-tugas, jadi di dalam grup itu sudah ada tugas ke-25," paparnya.
Kemudian, SN scroll grup tersebut ternyata sudah ramai dan banyak yang mencoba, ia pun mencoba bukan dari tugas nomor satu, tapi ke-19.
"Setiap tugas ada waktunya, jadi hanya berlaku selama 20 menit, misalnya tugas ke-19 berlaku selama 20 menit, jadi orang cepet-cepetan ngerjainnya, cuma like dan subscribe doang, lanjut ke tugas ke-20 ada lagi posting lanjut tugas ke-20 dalam waktu 20 menit, langsung pada ngerjain dan seterusnya sampai selesai hari itu," katanya.
Waktu operasi kerja di grup tersebut hanya dari pukul 09.00 WIB sampai 20.00 WIB.
"Jadi orang-orang pada standby seolah-olah menunggu, oh ini ada tugasnya lagi, langsung pada ngerjain, muncul tugas langsung kerjain, jadi orang itu dibikin fokus buat mengikuti ritme dari penipu itu, kita jadi kayak tidak ada jeda dalam satu hari, bener-bener intens, makanya seolah-olah terhipnotis tapi secara sadar, masuk ke dalam permainnya," kata SN.
Selanjutnya korban mulai diminta top up sebagai syarat untuk melanjutkan tugas...