TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan mencatat 24 kasus positif cacar monyet (mpox) di Indonesia. Sebanyak 19 di antaranya terdeteksi di Jakarta per Sabtu 28 Oktober 2023, atau naik dari 17 per Jumat.
Sebanyak lima kasus lainnya tersebar tiga di Kota Tangerang Selatan serta masing-masing satu di Kota Tangerang dan Kota Bandung. “Semua pasien dari kasus tersebut kondisinya stabil,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu, Senin 30 Oktober 2023.
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ngabila Salama, merinci ada 18 kasus aktif cacar monyet di DKI Jakarta saat ini dengan positivity rate mencapai 33 persen. Sedangkan, satu kasus lainnya sudah sembuh sejak Agustus 2022.
Menurut Ngabila, 18 pasien yang masih dalam perawatan isolasi mengalami gejala ringan setelah tertular dari kontak seksual. “Semua laki-laki usia 25-50 tahun," kata Ngabila lewat pesan teksnya, Senin.
Dinas Kesehatan DKI juga melaporkan 10 orang yang terduga atau suspek. Artinya, mereka menampakkan gejala dan sedang menunggu hasil tes PCR. Sementara, 36 orang lainnya yang pernah menjadi suspek telah mendapat hasil PCR negatif.
"Kini, Dinkes sedang memantau 6 orang lainnya yang menjalin kontak erat kasus positif yang tak bergejala," kata Ngabila menambahkan.
Belum ada data terkini untuk upaya preventif dengan cara vaksinasi yang juga sedang dilakukan Dinas Kesehatan DKI. Mereka menyiapkan 1.000 dosis vaksin untuk target 500 orang dari kelompok berisiko di Jakarta selama seminggu ke depan per Selasa, 24 Oktober 2023.
Vaksin diberikan sebanyak dua dosis untuk satu orang dengan jeda tiap dosis adalah empat minggu. Hingga Jumat lalu dikabarkan total penerima vaksin 251 orang.
Virus, Penularan, dan Obat Cacar Monyet
Cacar monyet adalah jenis penyakit yang disebabkan virus dari marga Orthopoxvirus, keluarga Poxviridae. Virus aslinya menular di antara monyet di Afrika Tengah dan Barat sebagai wilayah endemik (penyakit zoonosis alias melompat dari hewan ke manusia).
Cacar monyet biasanya bergejala ringan dengan kebanyakan orang bisa sembuh kembali tanpa pengobatan dalam beberapa minggu. Tapi di Afrika, bisa menyebabkan kematian pada 1 dari 10 orang yang terinfeksi. Ini biasanya untuk infeksi varian virus cacar monyet dari Kongo. Sedangkan varian Afrika Barat mematikan untuk 1 dari 100 kasus.
Menurut WHO, anak-anak memiliki peluang lebih besar sakit parah karena infeksi virus ini daripada orang dewasa.
Menurut WHO, cacar monyet bisa ditularkan melalui paparan droplet besar yang dihasilkan saat bersin atau batuk dan juga via kontak langsung dengan luka pada kulit yang terinfeksi atau terkontaminasi. Meski mengesankan bisa menular lewat udara, namun WHO tak menggunakan istilah airborne pada virus cacar monyet.
Seperti penyakit cacar (smallpox), cacar monyet juga bisa menular melalui kontak dengan pakaian, handuk atau alas tempat tidur yang digunakan oleh orang yang terinfeksi. Virus tidak ditularkan lewat hubungan seks tapi lewat kontak kulit saat hubungan seks tersebut.
Obat antivirus tecovirimat (Tpoxx) telah beredar luas di Eropa untuk cacar monyet, cacar (smallpox) dan cacar sapi. Obat yang sama hanya diizinkan untuk cacar (smallpox) di AS. Untuk vaksin, ada yang disebut Jynneos (Imvanex dan Imvamune), yang telah dapat izin edar untuk mencegah monkeypox dan smallpox pada orang berusia lebih dari 18 tahun.
Pilihan Editor: Heru Budi Yakin LRT Velodrome-Manggarai Bakal Naikkan Daya Saing Jakarta yang Tidak Akan Lagi Jadi Ibu Kota Negara