TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pengunjuk rasa mendatangi Kedutaan Besar Inggris untuk memprotes kedatangan Coldplay ke Indonesia. Mereka mengklaim Coldplay merupakan simbol propaganda Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).
"Kami menolak Coldplay bukan sebagai musisi, tapi mereka sebagai bagian yang tak terpisahkan dari propaganda LGBT internasional," kata ketua koordinator lapangan, Muhyiddin Junaidi, saat berorasi di atas mobil komando.
Muhyiddin menyatakan pihaknya tak sepakat soal kedatangan Coldplay yang akan menggelar konser pada Rabu, 15 November mendatang. Dia dan rombongannya curiga pergelaran musik itu sarat pesan LGBT.
"Kami menerima perbedaan, tapi tidak dengan penyimpangan yang melanggar konstitusi," tuturnya.
Lebih lanjut, Muhyiddin memberi komando kepada demonstran lain untuk menyerukan penolakan terhadap Coldplay dan LGBT. "Tolak Coldplay!" kata dia diikuti oleh para pengunjuk rasa.
Tokoh Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu memberi pesan dan tuntutan kelompoknya untuk didengar oleh pejabat Kedutaan Besar Inggris. "We're here to tell you that Indonesian reject the Coldplay concert in Jakarta!" ucapnya.
Berdasarkan pantauan TEMPO, aksi tolak Coldplay ini berlangsung cukup singkat di samping polisi yang menjaga ketat. Sebelumnya, massa aksi berkumpul di Mabes Polri usai melaksanakan salat Jumat di Masjid Al-Azhar.
Massa mulai memadati Kedubes Inggris pada pukul 14.10 dan meninggalkan tempat pada pukul 14.35. Mereka berencana melanjutkan konvoi ke Patung Arjuna Wiwaha (Patung Kuda) dan Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan HAM.
Pilihan Editor: Kronologi Lexus Pelat CD Tabrak 4 Pejalan Kaki di Cilincing, Pengemudi Sempat Melarikan Diri