Arul menceritakan bagaimana ia berulang kali jatuh dan merugi. Dana yang digelontorkan mencapai ratusan juta rupiah. Di awal, misalnya, SAI Hijau mendaur ulang sampah menjadi konblok, balok atau juga perkakas lain. Sayangnya, tak cukup membuahkan hasil. Bahkan, sampai-sampai enam aset kendaraan roda empat miliknya terpaksa dijual demi melanjutkan mimpi mengelola sampah.
Hasil penjualan tersebut, lagi-lagi digunakan untuk membangun usaha seputar pengelolaan sampah. Arul mencari-cari konsep yang tepat untuk mimpinya. Ia begitu optimistis material sampah bisa diolah dan mendatangkan nilai ekonomi yang tinggi. Modal yakin itulah yang kemudian mengantarkan SAI Hijau menjajal penerapan Zero Waste to Landfill pada 2019.
"Lumayan besar modal yang saya keluarkan untuk mesin, regulator dan juga tenaga yang konsisten mengikuti pergerakan ini," katanya.
Zero Waste to Landfill merupakan model pengelolaan sampah yang intinya memastikan sampah di suatu kawasan tak sampai berujung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Konsep ini menawarkan gagasan pemanfaatan maupun pengolahan sampah hingga tak bersisa. Sehingga mampu jadi salah satu alternatif solusi bagi gunungan sampah di TPA.
"Kita tahu sekarang sampah yang dihasilkan di Tangerang ini mencapai ribuan ton per harinya. Bahkan, TPA di Tangerang sudah overload dalam menampung sampah,” kata Arul.
Pada konsep Zero Waste to Landfill, pria berusia 45 tahun ini menerangkan, sampah dimanfaatkan semaksimal mungkin menjadi material bahan baku untuk proses lainnya, sehingga tercapai ekosistem ekonomi melingkar. "Keberhasilan konsep ini dapat berkontribusi besar untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih sehat dan berkelanjutan," tuturnya.
Jalin Kerja Sama dengan PT Angkasa Pura II
Keberanian menerapkan konsep tersebut lantas membuat SAI Hijau dilirik berbagai perusahaan, termasuk Saung Urai Sampah Indonesia. Perusahaan ini bekerja sama salah satunya dengan PT Angkasa Pura II. Jadilah SAI Hijau didaulat untuk mengatasi sampah di Bandara Soekarno-Hatta.
AP II menyediakan areal tersendiri untuk kerja pengelolaan sampah SAI Hijau. Areal seluas 1.000 meter persegi di utara landas pacu itulah yang kini jadi tujuan truk pengangkut sampah yang hilir-mudik sejak pagi hingga petang..
Di lokasi itulah, Arul menuangkan keahlian mengelola sampah. Bersama lebih dari 60 anggota komunitas, dibantu beberapa mesin, ia menyulap sampah bandara menjadi material untuk bahan mentah, diolah menjadi produk bernilai ekonomi, hingga bahka berhasil diekspor ke berbagai negara.
Baca halaman berikutnya: cerita warga yang hidupnya bergantung kepada sampah