TEMPO.CO, Tangerang - Sebuah bangunan beratap galvalum berdiri di bagian utara landas pacu Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten. Ke lokasi inilah sebanyak 30 ton sampah domestik bandara internasional itu setiap harinya dibawa dan diolah dengan konsep zero waste to landfill.
Luasnya lahan yang ditempati bangunan itu sekitar 1.000 meter persegi. Luasan itu tak terlalu jembar jika dibandingkan dengan ukuran ideal Tempat Pengelolaan Sementara (TPS) yang lebih dari 20 ribu meter persegi, menurut standar dari KLHK. Tapi, kemandiriannya, telah mampu mengubah hidup puluhan orang. Termasuk berkontribusi menambah panjang usia Tempat Pembuangan Akhir sampah Kota Tangerang di Rawa Kucing.
Sampah menjadi salah satu perkara pelik yang tak kelar dibahas bertahun-tahun. Dalam sehari, sedikitnya ada 175 ribu ton sampah baru di seluruh Indonesia. Banyaknya timbunan sampah ini menyisakan tumpukan masalah, salah satunya tingkat daur ulang yang masih rendah.
Riset Sustainable Waste Indonesia pada 2019 misalnya, menemukan hanya 3 persen yang didaur ulang dari total sampah di Indonesia. Sisanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)--seperti TPA Rawa Kucing di Tangerang.
Dikutip dari laman Aplikasi Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang 24 November 2023, timbunan sampah yang diproduksi kota itu telah mencapai 543.920.413 kilogram. Sejak awal Juni lalu, Kepala Bidang Kebersihan Lingkungan Hidup Kota Tangerang, Iwan, telah menyatakan status darurat sampah menghantui.
Keresahan terbit lantaran kondisi TPA Rawa Kucing di Kecamatan Neglasari nyaris penuh terisi dengan adanya lebih dari setengah juta ton sampah itu. “Dengan luas 38 hektare (TPA Rawa Kucing) itu ya hampir 80 persen sudah terisi, hampir overload,” tutur Iwan pada Juni lalu.
Kondisi itulah yang menjadi dasar dari pergerakan komunitas Sabda Alam Indonesia atau SAI Hijau yang didirikan Pahrul Roji. Komunitas ini yang menggerakkan aktivitas dalam bangunan beratap galvalum di utara landas pacu Bandara Soekarno-Hatta. Dengan pelbagai kompleksitas tantangan pengelolaan sampah, sampah justru bisa menggerakkan perekonomian warga. Ini yang tengah dikerjakan Arul bersama SAI Hijau.
Pahrul Roji, pendiri Komunitas Sabda Alam Indonesia Hijau saat menjadi pembicara dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2021 di Kota Tangerang. (Dok. Pribadi)
"Kami dipercaya oleh perusahaan yang bekerja sama dengan AP II untuk pengelolaan sampah. Kami akan mengelola sampah selama 3 tahun ke depan," katanya kepada TEMPO.CO pertengahan November 2023
SAI Hijau tak begitu saja langsung mendapat kepercayaan untuk mengelola sampah di bandara terluas di Indonesia tersebut. Jauh sebelumnya, sejak kelahirannya pada 2014, pelbagai ikhtiar model pengelolaan sampah sudah dicoba. Bertahun-tahun pula usaha mereka kandas.
Baca halaman selanjutnya: jatuh bangun cari formula kelola sampah