Pabrik yang mempekerjakan 215 pegawai dari warga sekitar ini telah melakukan ekspor PET ke 5 negara. Negara tersebut yakni Los Angeles, Australia, Irlandia, Malaysia dan Finlandia.
Untuk bisa mengirimkan PET, perusahaan harus menjaga kualitas barang dan juga mengemasnya dengan rapi. Nantinya PET akan dikirimkan melalui jalur laut dari Tanjung Priuk.
Dari botol kemasan yang dikirimkan SAI Hijau, perusahaan ini kemudian melalui belasan proses lainnya untuk bisa menghasilkan PET berkualitas. Mesin canggih dengan sumber daya manusia yang konsisten menjadikan perusahaan ini bisa mendulang hingga belasan miliar rupiah per bulan.
Putu Rika Irawati Chief Operating Officer PT API mengaku perusahaan ini baru berdiri pada 2021 lalu. Tapi ia meyakinkan, perusahaan telah mampu mengekspor hingga 500 ton per bulan. "Untuk satu hari kami bisa 60 ton, per bulan 20 kontainer dan 500 ton," kata dia.
Menurut Putu, perusahaan juga memberdayakan warga sekitar dengan menyediakan lapangan pekerjaan. Sehingga warga pun berpeluang mendapatkan penghasilan ekonomi.
PET yang dihasilkan pabrik ini juga 20 persennya dikirim ke industri lokal untuk diproduksi kembali. Sedangkan 80 persennya diekspor ke luar negeri sebagai bahan olahan yang nantinya kembali diimpor ke Indonesia.
Tidak heran jika perusahaan yang melakukan ekspor bahan PET ini bisa mendulang hingga miliaran rupiah perbulannya.
"Untuk sebulan bisa sampai 5 miliar. Dan saat ini permintaan kami meningkat untuk ekspor," kata dia.
Arul merasa senang atas pencapaiannya sementara ini. Ia bahkan diminta untuk mengelola sampah di beberapa tempat yakni Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Palembang. Tapi bukan dari pemerintah daerahnya.
"Entah kenapa belum ada permintaan dari pemerintah daerah di Tangerang Kota, Tangerang Selatan dan Tangerang Kabupaten," katanya sambil menambahkan, "Mereka tidak mau menerapkan konsep yang saya gunakan untuk mengelola sampah mereka yang kian membeludak dan overload."
Bertolok dari kesadaran untuk memilah, sampah berpotensi mendatangkan manfaat. Mulai dari daur ulang, penggunaan kembali, hingga menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi–melalui pengelolaan yang tepat.
Apa yang dilakukan SAI Hijau di sudut Bandara Soekarno-Hatta ini sekadar potret kecil dari rimba tantangan pengelolaan sampah di Indonesia. Tapi setidaknya, Arul, Kia, Armah juga pekerja lain telah ambil bagian ikut mengurai gunungan sampah.
“Semoga masyarakat bisa lebih paham tentang dampak sampah bagi Bumi dan bisa ikut serta mengelola sampah dari hulu, serta menyadari jika sampah memiliki nilai ekonomis yang cukup baik,” kata Arul.
Artikel ini merupakan bagian dari program beasiswa liputan yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta dan Unilever Indonesia.