TEMPO.CO, Jakarta - Meski dikritik ahli transportasi, Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tetap meneruskan rencana pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota. Hal itu dilakukan, kata dia, untuk mengurangi kepadatan kendaraan di daerah Casablanca, Jakarta Selatan.
"Nantinya Casablanca menjadi interchange dari enam ruas tol dalam kota. Saya tidak peduli walaupun dampak pembangunannya dikritik banyak orang karena menyebabkan kemacetan, namun pembangunan akan tetap kami lanjutkan," tutur Ahok di Balai Kota, Selasa, 9 Juni 2015.
Menurut Ahok, kemacetan di Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) terjadi karena tak ada akses jalan dari JORR menuju jalan tol dalam kota hingga kawasan-kawasan strategis di Jakarta. "JORR tak berguna jika hanya berputar tanpa bisa masuk ke tengah kota," ucapnya.
Menurut Ahok, jalan-jalan tol dalam kota, JORR, dan jalan di daerah Casablanca harus tersambung antara satu dan yang lainnya. Sebab, hal itu bisa mengurangi kemacetan.
"Kalau jalanan tersebut tidak disambung, ke depannya Jakarta akan tambah macet dan penduduknya akan semakin memaki-maki lagi bila kondisi kemacetan semakin parah," kata mantan Bupati Belitung Timur ini.
Rencana membangun enam ruas jalan tol dimulai sejak era Gubernur Fauzi Bowo. PT Jakarta Propertindo, badan usaha milik pemerintah Jakarta, menjadi salah satu kontraktor proyek itu.
Total panjang enam ruas jalan tol dalam kota tersebut mencapai 69,77 kilometer. Pengerjaannya terbagi dalam tiga tahap. Biaya pembangunannya diperkirakan Rp 42 triliun.
Banyak ahli transportasi mengkritik rencana ambisius itu karena bakal menambah macet lalu lintas di Jakarta. Mereka menuduh pemerintah Jakarta hanya mengejar keuntungan dari tarif jalan tol. Mereka mengusulkan pemerintah pusat dan Jakarta serius mengembangkan angkutan umum cepat dan massal, ketimbang jalan tol.
GANGSAR PARIKESIT