TEMPO.CO, Jakarta - Para pemalsu dokumen yang ditangkap di Pasar Pramuka Pojok pada Sabtu 21 November 2015 kemarin, ternyata memiliki kaitan dengan jaringan penipuan sms "Mama Minta Pulsa" yang berhasil dibekuk beberapa waktu lalu. "Ini pengembangan dari kasus mama minta pulsa," kata Kepala Unit III Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Komisaris Jerry Siagian saat ditemui di Polda Metro Jaya pada Minggu 22 November 2015.
Jerry mengungkapkan bahwa para pemalsu dokumen inilah yang membantu para pelaku mama minta pulsa untuk membuka rekening Bank di Jakarta. Para pelaku diketahui memasang tarif sebesar Rp 2.5 Juta untuk setiap orderan membuka rekening bank palsu yang mereka terima dari sindikat mama minta pulsa.
Uang sebesar itu sebagai mahar untuk membuat rekening palsu, KTP palsu dan saldo bank sebesar Rp 500 Ribu. Sehingga akhirnya membuat sindikat mama minta pulsa semakin mudah melancarkan aksi penipuannya.
Bagi para pemalsu dokumen hal memalsukan rekening bank tentu bukan hal yang sulit. Hal ini terbukti dari banyaknya buku tabungan dari rekening palsu yang dijadikan barang bukti oleh polisi. "Palsu semua ini," ujar Kepala Sub Direktorat Kejahatan dan Kekerasan, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan sembari menunjukkan buku-buku tabungan itu.
Polisi juga mengatakan bahwa dokumen-dokumen palsu sangat sulit untuk dibedakan dengan yang asli, terutama secara kasat mata. "Lihat saja, susah ini untuk dibedakan," ucap Herry.
Aparat Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum melakukan penangkapan terhadap 23 orang atas kasus pemalsuan dokumen dari sekitar 30 kios di Pasar Pramuka Pojok, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, pada Sabtu 21 November 2015.
Dari 23 orang yang diamankan, hanya 8 orang yang ditetapkan sebagai tersangka, dan semuanya merupakan para pemilik kios di tempat tersebut. Para tersangka dijerat dengan pasal 263 dan atau 264 dengan ancaman penjara selama 7 tahun.
DIKO OKTARA
Baca juga:
Selingkuh Bisnis-Politik Soal Freeport: Begini Nasib Setyo Novanto
Setya Novanto Didesak Mundur: Bila Tak Mau, Ada Ancamannya