TEMPO.CO, Jakarta - Tidak kebanjiran lagi menjadi salah satu alasan warga eks Kampung Pulo kini betah menghuni Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Jatinegara Barat, Jakarta Timur. Salah satunya adalah Yati, 32 tahun. Meskipun sempat menolak dipindahkan dari Kampung Pulo, Yati kini sudah dapat menerima lingkungan barunya di rusunawa bertarif Rp 500 ribu itu.
"Sekarang lebih baik. Sudah enggak pernah kena banjir. Di Kampung Pulo kalau hujan setiap hari banjir," kata Yati saat menikmati acara "Roadshow Musik untuk Rakyat", Sabtu, 19 Maret 2016.
Yati mengaku telah tinggal sejak lahir di Kampung Pulo. Ia tinggal bersama delapan anggota keluarga lainnya. Sejak Kampung Pulo ditertibkan, Yati mau tidak mau harus pindah ke rumah susun dengan dua kamar tersebut karena rumahnya ikut rata dengan tanah. "Mau gimana lagi," ujarnya.
Yati mengatakan belum ada masalah berarti sejak tinggal di rusunawa ini. Fasilitas air bersih dan listrik sudah memadai. Selain itu, dengan tersedianya fasilitas pusat kesehatan masyarakat, Yati mengatakan ia sudah tidak perlu jauh jika hendak berobat.
Hal serupa juga disampaikan Munadi, 52 tahun. Munadi mengatakan tinggal di rusunawa lebih bersih daripada tinggal di Kampung Pulo. Setiap hujan turun, rumah Munadi selalu terendam banjir. Sejak tinggal di lantai tujuh rusunawa, ia tidak lagi merasakan repotnya memindahkan barang saat banjir.
Selain itu, setiap rumah tersedia kamar mandi atau toilet pribadi. Sebelumnya, warga Kampung Pulo harus berbagi untuk menikmati fasilitas tersebut di tempat tinggalnya terdahulu. "Di Kampung Pulo, saya harus antre kalau mau mandi," kata Munadi.
Yati dan Munadi sepakat bahwa pengelola cepat tanggap dalam menghadapi keluhan warga. Setiap ada keluhan, seperti atau bocor atau toilet mampet, pengelola akan datang memeriksa dan memperbaikinya. Warga setempat tidak akan dikenakan biaya setiap kali ada perbaikan.
Hanya saja, Yati mengatakan biaya yang ia keluarkan setiap bulannya jauh lebih besar ketimbang saat tinggal di Kampung Pulo. Dalam sebulan ia hanya membayar biaya listrik dan air sekitar Rp 50 ribu tanpa perlu membayar uang sewa rumah karena tinggal di rumah pribadi.
Di rusunawa, Yati dan Munadi serta penghuni yang lain harus menyisihkan mulai dari Rp 500 ribu untuk biaya sewa, listrik, air, dan keamanan setiap bulan.
Yati juga mengatakan harus beradaptasi suasana baru karena tinggal di rusunawa tidak seramai tinggal di Kampung Pulo. "Kalau di sana (Kampung Pulo) lebih ramai, di sini lebih sepi," katanya.
Munadi berharap agar Pemerintah Daerah DKI Jakarta tidak menarik tarif lebih mahal lagi. "Semoga biaya sewa tidak naik," kata Munadi.
Pada Agustus 2015, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menertibkan bangunan di sekitar bantar Sungai Ciliwung. Setidaknya terdapat 500 kepala keluarga merasakan dampaknya. Warga Kampung Pulo dipindahkan ke Rusunawa Jatinegara Barat. Penggusuran dilakukan untuk normalisasi sungai untuk mengurangi banjir saat musim hujan tiba.
LARISSA HUDA