TEMPO.CO, Jakarta - Rombongan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta menjajal kereta Mass Rapid Transportation (MRT) kemarin pagi. Wakil Ketua DPRD Jakarta Mohamad Taufik yang ikut dalam rombongan mengaku takjub terhadap proyek triliunan rupiah tersebut.
"Aduh nyaman banget, teknologinya top banget. Saya nyobain LRT di Palembang, jauh, jauh banget nyamannya. Kemudian nggak ada goncangan," ujar Taufik, Selasa, 30 Oktober 2018.
Baca juga: Dirut Transjakarta dicopot, DPRD: Anies Baswedan Telat
Taufik mengatakan penilaian dirinya terhadap teknologi MRT tersebut obyektif. Sebab sebelumnya, Taufik mengatakan sudah berkali-kali memarahi MRT, agar memastikan proyek tersebut digarap dengan serius sebelum diluncurkan empat bulan lagi, Maret 2019.
Menurut Taufik, tingkat kenyamanan yang tinggi saat menaiki MRT dapat mengalahkan moda transportasi lain, seperti bus Transjakarta. Ia mengatakan, jika arah dan tujuannya sama, masyarakat nantinya akan lebih memilih naik MRT daripada bus Transjakarta.
"Bus Transjakarta itu harusnya jadi primadona, tapi saya yakin kalau manajemen Transjakarta tidak dibereskan, bisa kalah loh sama MRT," kata Taufik.
Taufik berharap dengan pergantian Direktur Utama PT Transjakarta dari Budi Kaliwono kepada Agung Wicaksono, manajemen di perusahaan milik daerah itu dapat segera tertangani.
Beberapa hal, menurut Taufik, yang membuat manajemen Transjakarta terlihat buruk, seperti kecelakaan bus yang kerap terjadi dan demo dari para karyawannya.
Kereta MRT yang direncanakan beroperasi mulai Maret 2019 itu akan melayani rute Lebak Bulus - Bundaran HI dengan 16 stasiun. Di rute Blok M - Bundaran HI, jalur MRT dan koridor 1 Transjakarta akan bersaing karena berimpitan langsung.
Baca juga: Menjelang Beroperasi, Infrastruktur MRT Fase 1 Sudah 97,08 Persen
Agung Wicaksono yang sebelumnya menjabat Direktur Operasi dan Perencanaan MRT Jakarta, pernah mengatakan pihaknya sudah mengajukan kajian kepada Pemerintah DKI Jakarta soal penghapusan koridor 1 Transjakarta.
Menurut dia, rute berimpitan tak sehat dalam bisnis transportasi dan membuat pemerintah memberikan dobel subsidi untuk satu jalur. Namun, kini akan mempelajarinya lagi usulannya itu. "Saya juga harus lihat dari kacamata Transjakarta," ujar Agung.