TEMPO.CO, Jakarta - Komandan Satuan Kapal Eskorta (Dansatkor) Komando Armada I TNI AL, Kolonel Laut (P) Isswarto, mengungkap kisah perburuan black box cockpit voice recorder (CVR) Lion Air JT 610. Hingga hari ke-11, Kamis 8 November 2018, pencarian alat perekam suara komunikasi pilot dan kopilot di kokpit itu belum juga membuahkan hasil.
Baca berita sebelumnya:
Ternyata Hancur, Pecahan Kokpit Lion Air JT 610 Batal Diangkat
Isswarto mengatakan sinyal dari black box CVR timbul tenggelam dari dasar laut di Tanjung Karawang. Terbukti dalam pencarian pada Rabu 7 November 2018. Sinyal masih bisa ditangkap ping locator pada Rabu pagi tapi hilang saat didekati oleh penyelam dari tim SAR gabungan sore.
Padahal saat itu penyelam sudah berada di lokasi tepat asal sinyal ketika tertangkap. "Jadi kami kurang tahu apakah ping locatornya yang kurang bagus atau memang CVR sudah melemah sinyalnya," kata Isswarto di dermaga JICT II, Tanjung Priok, Jakarta, Rabu malam 7 November 2018.
Baca berita sebelumnya:
Pecahan Kokpit Lion Air Akan Diangkat, Harapan Temukan Black Box
Serpihan pesawat Lion Air JT 610 saat operasi pencarian oleh Angkatan Laut di Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, 31 Oktober 2018. NET/via REUTERS
Dia mengatakan "ping locator" yang digunakan tim pencari itu merupakan pinjaman dari KNKT. Dari bunyi yang melemah itu, Isswarto hanya bisa menduga black box CVR Lion Air JT 610 tertutup benda yang lebih besar atau tertimbun lumpur di bawah laut.
Dia memperkirakan CVR berada di dalam lumpur yang tebalnya 40-100 sentimeter. "Penyelam-penyelam kami sudah mencoba berdiri di lumpur, itu tebalnya hampir di atas lutut," ujar dia.
Baca juga:
Cerita Tim DVI, Banyak Korban Lion Air Tak Perawatan Gigi
Penyelaman akhirnya tak membawa hasil signifikan. Tim penyelam sengaja tak lagi memungut serpihan yang dianggap terlalu kecil dan diperkirakan tak akan menambah kemajuan investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Isswarto mengatakan satuan TNI AL akan selalu siap siaga jika ternyata dibutuhkan Basarnas untuk menyelam lagi di perpanjangan masa evakuasi saat ini. "Kami stand by di pangkalan. Ke sana (lokasi SAR) cuma satu setengah jam. Misal kami dibutuhkan bisa ke sana langsung," tutur Isswarto.
RYAN DWIKY ANGGRIAWAN | ZW