TEMPO.CO, Jakarta -Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagyo, menilai penerapan sistem ganjil genap 15 jam per hari seperti saat perhelatan Asian Games 2018 tak mampu mengurai kemacetan di Jakarta.
Sebab, Agus berpendapat, pengemudi tetap memilih menggunakan kendaraan pribadi selama sistem integrasi transportasi umum belum menjangkau seluruh warga.
Sistem tilang di tempat pun dinilai tak memberikan efek jera. Agus menduga, beberapa pengendara yang kena tilang masih membayar langsung di lokasi kejadian.
"Pembatasan kendaraan tidak akan mengurangi kemacetan, paling sedikit sekali kalau berkurang," kata Agus saat dihubungi, Jumat malam, 12 Juli 2019.
Tak hanya itu, pembatasan kendaraan lewat ganjil genap pun hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu. Artinya, Agus menilai, ganjil genap tidak dapat diterapkan sepanjang hari.
"Pembatasan kendaraan itu hanya bisa dilakukan pada saat-saat tertentu, tidak bisa selamanya," ujar Agus. "Dia (ganj genap) akan efektif sementara. Setelah itu tidak akan abadi," lanjut dia.
Sebelumnya, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengusulkan agar pemerintah DKI menerapkan sistem ganjil genap selama 15 jam. Musababnya, pola yang digunakan saat ini sudah tak efektif lagi. “Akhir-akhir ini kondisi transportasi Jakarta kinerjanya semakin menurun,” ujar dia pada Rabu, 10 Juli 2019.
Ketidakefektifan pola ganjil genap saat ini, kata Bambang, dapat dilihat dari kemacetan di jalan tol Cawang menuju Semanggi yang mengular sampai Cibubur.
Padahal, saat Asian Games, ekor kemacetan itu hanya sampai Pancoran. Menurut Bambang, penerapan pola ganjil genap sepanjang hari juga berfungsi untuk mengajak masyarakat beralih ke trasportasi umum.