TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menegaskan bahwa fasilitas kesehatan di Ibu Kota, masih mampu menampung lonjakan pasien Covid-19. Okupasi RS rujukan Covid-19 masih 55 persen. “Artinya masih ada (tempat untuk pasien baru). Tapi kami ingin (jumlahnya) kecil dan angkanya terus turun," kata Riza di Balai Kota DKI, Senin, 17 Agustus 2020.
Selama masa transisi penularan virus terus meningkat di Ibu Kota. Bahkan sepekan terakhir rasio positif penularan Covid-19 mencapai 8,9 persen, jauh melampaui standar aman yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia WHO sebesar 5 persen.
Politikus Gerindra itu mengatakan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan di DKI telah siap mengantisipasi lonjakan kasus. Bahkan sarana dan prasarana kesehatan di DKI merupakan yang terbaik di Indonesia.
Selain itu, DKI juga masih mempunyai ketersediaan unit perawatan intensif (ICU) untuk menghadapi lonjakan pasien dengan dengan gejala berat dan laboratorium yang bisa memeriksa ribuan sampel uji sejak setiap harinya. "PCR, petugas dokter, dan perawatannya juga masih baik," ujarnya.
Menurut dia, kasus Covid-19 di DKI terlihat tinggi karena pemerintah melakukan pemeriksaan kepada warga yang rawan tertular virus secara masif. DKI mampu memeriksa 5-10 ribu sampel tes PCR setiap hari. "Sudah lebih dari 600 ribu kami tes."
Pemeriksaan melalui tes usap atau swab test itu menjadi langkah pemerintah mempercepat memutus mata rantai penyebaran wabah ini. Menurut dia, kunci untuk menekan penularan virus ini adalah dengan mengidentifikasinya. "Caranya melakukan tes sebanyak mungkin."
Pemerintah DKI tidak ingin menekan angka penularan kasus dengan mengurangi pemeriksaan. Dengan pemeriksaan yang masif, kata dia, pemerintah bisa mengetahui titik penyebaran dan menentukan langkah untuk mencegahnya semakin menyebar. "Tes masif dan banyak, agar segera mungkin mungkin mengetahui titik-titik penyebaran."
Setelah ditemukan kasus baru, pemerintah melakukan pemeriksaan, pelacakan, dan isolasi. "Urutannya begitu."