TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan itu mengisap rokok filternya sebelum bercerita soal suasana lokasi binaan pedagang kaki lima atau PKL di Taman Kota Intan, Jakarta Barat. Baru dua setengah bulan berjualan, Namboru merasakan suasana khusus PKL tak jauh dari Kota Tua Jakarta ini masih sepi pengunjung.
"Cuma pedagang belum semua ke sini karena masih sepi. Adalah orang kalau Sabtu-Minggu kadang lewat aja, main ke sini, tergantung rezeki masing-masing," ujar perempuan asal Sumatera Utara itu saat ditemui di Taman Kota Intan, Jakarta, Ahad, 2 Oktober 2022.
Dia menuturkan sepinya lokasi itu karena jauh dari jangkauan pengunjung di dekat titik utama kawasan Museum Fatahillah. Tidak jauh dari sana, banyak pedagang yang berjualan di sepanjang trotoar Jalan Kunir.
Berdasarkan pantauan Tempo, sisi selatan Museum Bank Mandiri juga ramai PKL. Meskipun tertera jelas di sana terpasang tulisan dilarang berjualan.
Namboru, nama panggilan akrabnya, juga bercerita bahwa dia dulunya pernah berjualan keliling sambil menenteng dagangan minuman kopi atau teh instan saset. Usianya semakin senja dan terus menghindari razia dari petugas saat berdagang, lalu dia sempat berhenti berdagang karena ibunya meninggal pada Februari 2020.
"Gimana mau jualan? Namboru capek, orang tua kalau jatuh bisa lumpuh. Itu yang kujaga sebenarnya," tutur pedagang minuman instan saset itu.
Akhirnya penempatan dia di lokasi ini karena juga diberi modal Rp400 ribu oleh salah satu orang kenalannya sesama orang Batak. Kemudian Namboru memutuskan mendaftar sebagai PKL binaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di detik-detik terakhir setelah diajak oleh rekan sesama PKL.
Sewa lapak buka rekening Bank DKI
Ibu satu anak bermarga Siregar ini berharap bahwa kawasan yang ditempatinya semakin ramai. Apalagi momen ramai lokasi binaan tersebut hanya pada Sabtu dan Minggu. "Ramai aja, ada yang minum atau apa, sudah Alhamdulillah," kata Namboru.
Walau begitu, pedagang pemilik lapak nomor 037 itu mengungkapkan sewa lapak saat ini masih gratis hingga Desember 2022. Namun selanjutnya harus bayar Rp120 ribu per bulan melalui rekening Bank DKI milik pribadi. "Harus kita buka rekening lagi, puyeng. DKI harus Rp500 ribu kan, haduh enggak tau dah," ujarnya.
Dia berharap pemerintah daerah bisa memberi solusi secepatnya agar tempat tersebut ramai. Apalagi lokasi itu dekat dengan tempat parkir mobil dan bus pariwisata.
Selama pantauan, lokasi PKL binaan terlihat sepi dan hanya sedikit pedagang yang membuka lapak. Beberapa terlihat hanya memajang etalase atau gerobak kecil tanpa berjualan.
Baca juga: Riza Patria Jamin Penertiban PKL di Kota Tua tidak Gunakan Kekerasan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.