TEMPO.CO, Jakarta - Muhammad Daivi, pencetus aksi Busway Kick, memilih berhenti melakukan aksinya selama sebulan ke depan sejak diberlakukan denda bagi para pengendara penerobos jalus bus Transjakarta, Senin, 25 November 2013.
Pria berusia 62 tahun ini menjelaskan, pemberhentian aksinya sementara ini agar perolehan denda murni bagi para penerobos. "Jadi, mulai Senin kemarin, saya berhenti beraksi sampai sebulan. Agar diperoleh hasil murni dari denda besar itu," kata Daivi kepada Tempo, Kamis, 28 November 2013.
Para penerobos jalur bus Transjakarta mulai Senin, 25 November 2013, dikenakan denda maksimal. Para pelanggar akan dijerat dengan Pasal 287 Undang-Undang Nomor 22 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Denda maksimal yang ditentukan pasal tersebut adalah sebesar Rp 1 juta untuk kendaraan roda empat dan Rp 500 ribu untuk kendaraan roda dua.
Daivi mengaku senang dengan diterapkannya denda besar bagi para penerobos jalur bus Transjakarta. "Saya menyambut gembira, denda besar ini sudah mulai diterapkan. Semoga tidak ada lagi pengendara yang masuk jalur busway," kata pria yang tinggal di Tanjung Priok, Jakarta Utara ini.
Daivi berjanji, setelah sebulan berhenti beraksi, dia akan kembali melakukan aksi dengan ekspresi penuh ala Busway Kick. "Saya tetap siapkan diri untuk beraksi lagi setelah sebulan ini," ujarnya.
Aksi Busway Kick pertama kali dilakukan Daivi pada September lalu di beberapa halte bus Transjakarta. Aksi dengan mengacungkan jempol ke bawah, mengayunkan kaki, hingga memotret kendaraan yang menerobos jalus Transjakarta ini dilakukan Daivi lantaran merasa terganggu dan kesal oleh pengguna kendaraan yang menerobos jalur busway.
"Saya kan rumah di Tanjung Priok, kalau ke mana-mana pakai busway (Transjakarta). Waktu itu, saya dari rumah mau ke Kampung Melayu untuk mengaji. Nah, saat di busway, ada mobil di depan bus dan motor juga lewat jalur busway, saya kesal. Enak banget mereka nyelonong, kita ngantre capek-capek," ujarnya.
Dari situ, kata Daivi, dia mulai berpikir bagaimana caranya agar masyarakat sadar dengan tidak menerobos jalur busway. "Karena mereka kan melanggar. Saya hampir seminggu dua kali ke Kampung Melayu. Kalau begitu terus, gimana? Masa tidak ada perubahan," kata Daivi.
Daivi kemudian menemukan cara Busway Kick, dengan mengacungkan jempol ke bawah, kaki diayun, dan memotret. "Dari pada saya ngedumel sendiri atau ngedumel sama orang lain, lebih baik saya melakukan tindakan tapi bukan menindak. Karena menindakkan tugasnya yang berwajib," ujarnya. "Tindakan yang juga tidak ekstrem dan tidak frontal, tapi memberikan sanksi sosial."
AFRILIA SURYANIS
Baca juga:
Ini Motif Walang, Si Pengemis Tajir
Ada Keluhan? Ini Nomor HP dan E-mail Jokowi
Jokowi Menanti Tiang Monorel Kering
Pemasangan RFID Gratis dan Tak Berbatas Waktu