TEMPO.CO, Jakarta - Berita Top 3 Metro kemarin mengulas tentang kesaksian Rocky Gerung dalam sidang Haris Azhar di Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada Senin, 9 Oktober 2023. Rocky menganggap jaksa penuntut umum (JPU) baper (bawa perasaan).
Laporan kedua yang menarik perhatian pembaca Metro masih soal pertemuan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri dengan mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di gelanggang olahraga (GOR) Tangki, Jakarta Barat. Tempo memperoleh cerita kebiasaan Firli main badminton di GOR Tangki.
Berita ketiga adalah kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin yang kini menjadi sorotan publik setelah tayang film dokumenter di Netflix. Publik kembali mempertanyakan kebenaran Jessica Wongso sebagai pembunuh Mirna.
Nama Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Krishna Murti, saat itu menjabat Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, juga menarik perhatian.
Tempo telah merangkum tiga berita Top Metro tersebut yang dapat dibaca di bawah ini.
1. Jaksa sidang Haris Azhar dianggap baper
Rocky Gerung menilai jaksa penuntut umum dalam sidang Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti bersikap baper saat persidangan berlangsung.
Persidangan Haris Azhar dan Fatia dilanjutkan pada Senin, 9 Oktober 2023. Keduanya diseret ke meja hijau berdasarkan laporan polisi yang dibuat oleh Luhut Binsar Pandjaitan yang merupakan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi.
Menurut Rocky banyak pertanyaan jaksa yang tidak mempunyai inti atau poin masalah.
"Dia bilang subyektivitas bukan subyektivisme justru dia tidak mengerti," kata Rocky kepada Tempo di Pengadilan Negeri Jakarta Timur usai menyampaikan keterangan dalam sidang, Senin, 9 Oktober 2023.
Rocky mengatakan jaksa mengkaitkan permasalahan Haris Azhar dan Fatia dengan masalah yang juga sedang dialaminya, yakni soal pencemaran nama baik.
"Dia maksud saya subyektif karena saya juga terseret kasus penghinaan presiden kan. Apapun kedudukan saya saksi ahli diminta karena pengetahuan saya soal freedom speech jadi yang subyektif siapa ya jaksanya yang lihat saya subyektif," tuturnya.
"Itu jaksa tidak bisa mengajukan pertanyaan alademik karena itu dia sebetulnya takut saya permainkan pertanyaannya 2 kali, kalau dia menganggap subyektif maka dia gak mau tanya lagi. Baper jaksanya kan, kan banyak pertanyaan gak poin," tuturnya.
"Itu yang saya anggap tidak bermutu keadaannya, bukan seolah-olah tapi memang saya sepelekan terus dia gak mau bertanya, psikologinya terganggu. Jadi jaksa harus belajar debat," ujarnya.
Baca selengkapnya di sini.
Selanjutnya tentang kebiasaan Firli Bahuri main badminton di GOR Tangki