TEMPO.CO, Jakarta - Salah seorang siswa berinisial BAW SMA Kebangsaan Lampung menjadi korban kekerasan dan pengeroyokan oleh seniornya pada Selasa, 10 September 2024. Korban dibawa ke kamar mandi pada malam hari oleh 4 kakak kelasnya lalu dipukuli.
Kepala Sekolah SMA Kebangsaan Lampung, Wempy Prastomo Bhakti menceritakan kronologi pengeroyokan ini. Berdasarkan keterangannya, pengeroyokan ini bermula ketika salah seorang terduga pelaku menegur cara berpakaian dan rambut korban yang notabene adik kelasnya. Namun, korban tidak mengindahkan teguran itu, hingga membuat terduga pelaku kesal.
“Kejadian dari menegur ke pemukulan ini tidak lama” ungkap Wempy saat dikonfirmasi Tempo pada Senin, 16 September 2024.
Selain itu, Wempy juga mengatakan bahwa terduga pelaku menegur korban dalam kapasitasnya sebagai kakak asuh. Mereka tinggal di asrama sekolah, dan sistem yang berlaku di asrama ini setiap kakak kelas akan diberikan tanggung jawab menjadi kakak asuh dari adik kelasnya.
“Sekolah kami memang sistemnya saling mengasuh dan mengasihi” tuturnya.
Saat ini, Wempy mengaku sudah melakukan pemanggilan kepada ke 4 pelaku yang berinisial IB, DR, TP, dan EZ. Keempatnya mengakui pengeroyokan ini, sehingga sekolah sudah memutuskan akan memberikan sanksi.
“Hari ini, rencananya kami akan mengumpulkan semua orang tua, untuk memediasi sekaligus memberitahukan sanksi yang sudah kami putuskan” ucap Wempy melalui pesan suara.
Untuk sanksi yang akan diberikan Wempy tidak menyampaikan konkretnya. Yang pasti, kata dia, kami menggolongkan ini ke dalam perundungan tingkat berat berdasarkan standar tata tertib sekolah.
“Karena korban sampai mengalami luka-luka, tentu saja berat (sanksi).”
Melihat fenomena kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah elit seperti ini, sebelumnya ada Binus School Serpong, dan Binus Simprug, Praktisi Psikolog Universitas Indonesia Mira Amir menyatakan bahwa kekerasan dan perundungan yang dilakukan seorang anak disebabkan kurangnya empati yang tumbuh dalam diri anak itu.
Menurutnya, pendidikan yang tinggi dan ekonomi yang baik, tidak serta merta membuat orang tua berhasil mendidik dan menumbuhkan empati pada anak. Empati anak itu tumbuh pada saat usia 3 sampai dengan 4 tahun.
“Dimana anak saat itu, di rumah, kan?” tuturnya pada senin, 16 September 2024.
Pilihan Editor: Mantan Karyawan Korban Kekerasan Bos Brandoville Studios Diperiksa Penyidik Polres Jakpus Selama 8 Jam