TEMPO.CO, Jakarta - Polisi mengatakan pedagang kaki lima di kawasan Monumen Nasional (Monas) tidak menggunakan air comberan sebagai bahan baku es teh. Pedagang justru menggunakan air comberan untuk mencuci gelas plastik. "Harusnya gelas itu sekali pakai, tapi ini tidak. Mereka cuci berulang kali menggunakan air bekas cuci piring," kata Kepala Kepolisian Sektor Gambir, Ajun Komisari Besar Bambang Yudhantara, Ahad, 13 Maret 2016.
Menurut Bambang, polisi sudah menginterogasi sejumlah pedagang. Hasilnya, modus menggunakan gelas plastik bekas kerap terjadi di kawasan Monas. Pedagang mengambil gelas yang ditinggalkan pembeli. Bila masih bagus, akan dicuci dan digunakan kembali. Namun, ia memastikan air yang digunakan untuk membuat teh adalah air matang, buka air comberan seperti isu yang beredar.
Baca Juga:
Modusnya, pedagang es teh membeli air matang ke penjual makanan yang memiliki warung di kawasan Monas. Air matang itu lalu dicampur dengan teh di sebuah jeriken air besar berwarna biru. Lokasi jeriken ini ada di belakang Monas yang jauh dari keramaian orang.
Nah, lokasi ini yang digerebek Satpol Pamong Praja, pada Rabu, 9 Maret lalu. Seorang petugas memfoto lokasi itu dan tersebar luas. "Sehingga seolah-olah terlihat penjual es teh keliling itu menggunakan air comberan," kata Bambang. Uji laboratorium menunjukkan air dalam jeriken itu adalah air matang.
Para pedagang yang diamankan dalam penggerebekan itu juga sudah dilepaskan. Polisi mengatakan tak ada unsur pidana dalam kejadian ini. "Kami sudah periksa 10 saksi, reka ulang KTP, juga nanya ke penjual es batunya. Hasilnya tak ada unsur pidana," kata Bambang.
Karena itu, kata Bambang, warga Jakarta tak perlu panik dengan isu yang beredar. Bila masih cemas, ia menyarankan pengunjung kawasan Monas membawa air minum sendiri dari rumah.
INDRI MAULIDAR