TEMPO.CO, Jakarta - Ada dua hal yang belum terungkap dari kasus pembunuhan AKBP Pamudji, Kepala Layanan Markas Polda Metro Jaya. Dia diduga ditembak di kepala, oleh anak buahnya, Brigadir Susanto. (baca: Tewasnya AKBP Pamudji, Ditembak atau Bunuh Diri?)
Susanto telah ditetapkan sebagai tersangka. Meski belum mengaku, keterangan sejumlah saksi dan bukti-bukti di lapangan mengarah padanya. "Ada sisa mesiu dan darah di tubuh pelaku, di tubuh korban tidak ada sisa mesiu," ujar Juru Bicara Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, Kamis, 20 Maret 2014.
Setelah terdengar letusan tembakan di ruang Layanan Markas Polda Metro Jaya pada Selasa malam, 18 Maret 2014, Susanto lari ke luar. Dia berpapasan dengan saksi Aiptu Dede Mulyani. Dede mendengar Susanto berteriak kalau Pamudji bunuh diri. Namun ketika dicek, Pamudji sudah bersimbah darah dengan revolver tergeletak di sisi kiri tubuhnya.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium forensik Polri, tidak ditemukan adanya sidik jari di senjata tersebut. Meski demikian, polisi menduga Susanto bisa menghilangkan jejak tersebut. Namun pengusutan sidik jari pelaku di senjata api pucuk itu masih didalami. (baca: Bukti-bukti Brigadir Susanto Habisi AKBP Pamudji)
Hal lain yang belum terungkap adalah motif Susanto nekat menembak atasannya. Menurut Rikwanto, Pamudji dikenal sebagai orang yang ramah, sehingga kecil kemungkinan untuk memarahi orang lain sampai meledak-ledak.
"Motif ini masih didalami, jauh kemungkinan Pamudji marah meledak-ledak. Jadi masalahnya ada di tersangka," ujar ia. Tak ada saksi dalam kejadian tersebut. Setengah jam sebelum tertembak, saksi Aiptu Dede hanya sempat melihat Pamudji menegur Susanto yang hendak berpiket tanpa mengenakan seragam. Pada pukul 21.30 WIB, ketika Dede berada di luar ruangan, terdengar suara letusan. (baca: Penembakan AKBP Pamudji Terekam CCTV)
M. ANDI PERDANA
Topik terhangat:
Kampanye 2014 | Jokowi Nyapres | Malaysia Airlines | Pemilu 2014 | Kasus Century
Berita terpopuler lainnya:
Terkait Asap, Gubernur Riau Bentak Kapolres
Facebook Buka Kantor di Indonesia
CNN: Kuala Lumpur di Indonesia