TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengadakan sosialisasi kepada masyarakat di kawasan Marunda, Jakarta Utara. Sosialisasi dilakukan setelah adanya temuan limbah bahan berbahaya dan beracun atau limbah B3 untuk kebutuhan bangunan rumah.
"Kami sosialisasikan agar masyarakat jangan memanfaatkan sesuatu yang belum terindikasi keamanannya. Apalagi kalau itu limbah dari pabrik, sangat kemungkinan limbah B3," kata Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas LH DKI, Andono Warih kepada Tempo, Kamis, 10 Januari 2019.
Baca: Gundukan Limbah B3 di Marunda Mengeluarkan Bau Minyak Menyengat
Selain melakukan penyuluhan, Andono menerangkan pihaknya memberikan KLHK Line di kawasan limbah B3 berada. Pembatas itu agar masyarakat tak mendekat ke lokasi limbah agar terhindar dari efek yang merugikan.
Sejumlah warga sebelumnya mengeluhkan bau menyengat dari gundukan material yang diduga limbah B3 di sekitar Rumah Susun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Warga Rusun Marunda, Heri Iskandar, mengatakan bau limbah tersebut membuat sesak pernapasan. Bahkan, limbah juga membuat tanaman yang dipeliharanya di depan SDN Marunda 02, mengering dan mati.
Baca: Kasus Limbah B3 Marunda, DKI Periksa 12 Perusahaan Minyak Goreng
Belakangan baru diketahui bahwa gundukan material itu adalah limbah B3 berjenis Spent Bleaching Earth (SBE) yang merupakan limbah dari proses pengolahan minyak goreng. Limbah B3 di Rusun Marunda itu dibeli warga Rp 200 ribu per truk untuk menguruk tanah, namun mereka tidak tahu jika benda itu adalah limbah B3 sisa industri minyak goreng.
Andono mengatakan sampai saat ini pihaknya belum mendapat laporan dari masyarakat mengenai dampak dari limbah B3 tersebut. Sejauh ini, masyarakat hanya mengeluhkan bau menyengat dari limbah tersebut. "Kami sudah ambil sampel limbah dan kami kirim ke lab. Tapi sampai sekarang hasilnya belum ada," ujarnya.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat agar tak tergiur dengan harga murah sebuah bahan bangunan. Menurut Andono, masyarakat di sekitar Marunda menggunakan limbah B3 tersebut karena tergoda harga murah, tetapi tak tahu konsekuensinya.