TEMPO.CO, Depok - Korban penganiayaan di penitipan anak atau daycare Wensen School, Depok, mengalami trauma atas kejadian dialaminya. Orang tua korban pun mengaku masih trauma untuk kembali menitipkan anaknya.
Korban, menurut ibunya, saat ini masih kerap merasa ketakutan. "Kalau sekarang dia (korban) masih sangat takut ya, apalagi misalnya dia denger suara-suara yang mengejutkan, misalkan orang ketuk pintu, dia langsung lari kabur ke kamar atau ngumpet di belakang orang tuanya gitu. Jadi masih ada rasa-rasa takut gitu," ungkap sang ibu usai menyerahkan bukti tambahan bersama pengacara ke Kejaksaan Negeri Depok, Selasa, 20 Agustus 2024.
Meski demikian, perempuan itu menganggap anaknya saat ini sudah mulai tenang seiring berkurangnya kekhawatiran mereka terhadap anaknya. "Maksudnya kita coba menjaga kehidupan dia yang ini lah, yang biasa-biasa aja, kita ngajak main, ngajak apa, healing gitu biar dianya juga ngerasa nyaman dulu di rumah," tutur Kidu.
Dia menyatakan mereka bahkan masih membatasi akses anaknya untuk bertemu dengan orang lain. Bahkan, banyak orang dan kerabatnya yang tak bisa menjenguk bocah berusia 2 tahun itu. "Saya tahan-tahan dulu, karena dari psikolog juga bilang kalau bisa jangan banyak orang yang datang ke rumah supaya si anak nih nyaman di rumahnya, merasa aman gitu," papar Kidu.
Si ibu menyatakan dirinya hingga saat ini masih terus memantau perkembangan anaknya secara mandiri. Dia terpaksa mengambil cuti dengan kenyamanan dan kebaikan si anak.
"Saya sih belum (menitip di daycare). Saya masih trauma lah ya, masih enggak mau kejadian itu berulang lagi. Sekarang juga ada CCTV di beberapa spot rumah, itu kita pasang gitu kan, pengasuh juga enggak cuma 1, ada 2, jadi pengasuh untuk anak saya yang korban sama pengasuh buat adiknya, jadi kalau misalnya mereka capek bisa gantian atau gimana gitu," terangnya.
Untuk pengasuh anak-anaknya itu, mereka pun tidak mempercayakan kepada orang yang belum dikenal dan tidak jelas asal usulnya. "Pasti orang yang kita kenal dan dekat sama kita sih, jadi enggak orang asing yang ujug-ujug datang," katanya.
Serahkan hasil rontgen
Kedatangan sang ibu dan pengacaranya ke Kejari Depok dalam rangka memberikan hasil rontgen korban kepada jaksa. Hasil rontgen itu dianggap sebagai bukti tambahan yang bisa membuktikan penganiayaan yang dilakukan oleh pemilik Wensen School, Meita Irianty.
Hasil rontgen itu, menurut ibunya, menunjukkan anaknya mengalami pneumonia. Bahkan, menurut dia, dokter menyarankan agar si anak menjalani tes Tuberculosis (TBC). "Akhirnya dokter menyarankan tes TBC gitu kan, sekarang ini masih proses observasi, nanti hari Kamis (22 Agustus 2024) bisa diketahui bahwa hasilnya positif atau enggak," kata dia.
Pneumonia yang dialami korban, menurut si ibu, kemungkinan karena sirkulasi udara di daycare itu tak sehat. Berdasarkan saksi-saksi, kata dia, AC di daycare itu jarang dibersihkan dan tidak ada ventilasi udara. "Pokoknya sirkulasi udara di sana buruk, jendela enggak pernah dibuka, makanya anak saya dan anak lain sering batuk-batuk. bahkan anak saya 2 bulan tuh nggak sembuh-sembuh," terangnya.
Selain pneumonia, hasil rontgen juga mendiagnosa korban mengalami skoliosis ringan atau pembengkokan tulang belakang. Menurut si ibu, dokter menyatakan hal itu karena adanya benturan.
"Tapi ini harus dikonsultasikan lebih lanjut ke dokter orthopedi. jadi kamipun belum mendapatkan hasil jelasnya skoliosisnya itu karena apa, kita masih tahap observasi aja sih," jelasnya.
Sebelumnya, Polres Depok telah menetapkan pemilik daycare Wensen School, Metia Irianty sebagai tersangka kasus penganiayaan. Polisi telah memeriksa kejiwaan Metia. Hasilnya, dia dinyatakan tak mengalami gangguan kejiwaan.