Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Korban TPPO yang Disekap di Myanmar Sebut Ada Sandera Negara Lain yang Sudah Dibebaskan

image-gnews
Suhendri Ardiansyah, 27 tahun, diduga menjadi korban TPPO di Myanmar. Keluarganya dimintai uang tebusan Rp 500 juta. Foto: Istimewa
Suhendri Ardiansyah, 27 tahun, diduga menjadi korban TPPO di Myanmar. Keluarganya dimintai uang tebusan Rp 500 juta. Foto: Istimewa
Iklan

TEMPO.CO, Tangerang - Suhendri Ardiansyah warga Jakarta Selatan yang menjadi korban penyekapan dan penyiksaan di Myanmar kembali menghubungi keluarga. Dia mengaku didatangi Polisi Khusus Myanmar yang memberi tahu akan ada yang menjemputnya. 

Yohana sepupu korban mengatakan Hendri kembali menghubungi keluarga jika pada 17 Agustus 2024. Kata dia, saat itu Hendri mengaku didatangi polisi Myanmar. 

"Iya pas tanggal 17 Agustus Hendri telepon keluarga. Awalnya dia senang dan berharap karena ada yang mendatangi, oleh polisi Myanmar. Polisi itu cek fisik semua tawanan yang ada di situ, termasuk Hendri," ujarnya pada Tempo, Rabu 28 Agustus 2024. 

Setelah melakukan cek fisik terhadap Hendri, petugas itu juga mengatakan akan ada orang yang menjemput Hendri. "Polisi itu ngomong, bilang selamat 2 hari lagi akan dijemput. Tapi polisi Myanmar cuma ngomong gitu aja. Nah si Hendri kan berharap ya, 2 hari setelah itu dijemput tapi ga pernah ada kabar lagi," kata Yohana. 

Kisah pilu pemuda yang menjadi tulang punggung keluarganya ini dimulai sejak 11 Juli 2024. Pada saat itu, Hendri berangkat dari Indonesia menuju Bangkok, Thailand setelah diajak temannya, Rizky untuk bekerja di Thailand. Rizky pula yang menanggung biaya Hendri ke Thailand. Namun empat hari setelah bertemu di Bangkok, keduanya berpisah dan Hendri disekap di Myanmar.   

Hendri dibawa menuju kawasan konflik di Myanmar. Hingga saat ini pemerintah Indonesia belum bisa menangani kasus Hendri yang diduga disandera kelompok bersenjata di Myawaddy, Myanmar. 

Hendri Klaim Banyak Sandera dari Negara Lain Sudah Dijemput 

Tempo juga menerima rekaman suara Hendri yang dikirimkan melalui Yohana, sepupu korban dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) ini. 

Dalam rekaman tersebut Hendri mengklaim ada tawanan lain yang telah dijemput oleh perwakilan dari negaranya masing-masing. Hendri mengatakan, mereka dijemput oleh polisi khusus Myanmar yang pernah mendatanginya pada 17 Agustus lalu.    

"Itu dijemput sama polisi. Kenapa dia gampang padahal dia ga viral viral kayak Hendri. Dia jemput satu orang doang, diantar ke Imigrasi. Terus ketemu sama polisi India, kayak COD gitu, karena dia ga bisa masuk ke sini," kata Hendri dalam rekaman suara itu. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hendri mengatakan sudah lelah berada di sana. Namun dirinya tidak dapat berbuat banyak dan hanya bisa pasrah menunggu bantuan dari pemerintah Indonesia. "Hendri udah capek banget. Ga ada yang bisa masuk ke sini, dari awal juga emang enggak bisa," ujarnya. 

Pemuda itu mengatakan tahanan bisa dibebaskan dari tempat penyekapan kelompok bersenjata ini bila dijemput oleh pemerintahnya. "Kementerian harusnya negosiasi sama orang Myanmar. Mereka mau nunggu masuk, mau masuk sampai kapan? Mereka dianterin sama spesial police Myanmar. Kemarin juga ada orang DPR kan yang bilang kemarin ada orang Indonesia pulang satu tanggal 30. Itu beritanya dia dianterin dari sini, ga ada yang bisa masuk ke sini."

Pada 26 Agustus lalu, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Judha Nugraha mengatakan akan menindaklanjuti laporan dari Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) mengenai 11 pekerja migran yang menjadi korban online scam. Sebanyak 11 korban ini dipaksa untuk bekerja sebagai scammer online di Myawaddy, Myanmar.

"Jadi segera setelah menerima pengaduan ini, kami akan berkoordinasi dengan KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) Yangon dan kemudian tentunya KBRI Yangon akan berkoordinasi dengan otoritas setempat," kata Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Judha Nugraha di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Jakarta Pusat, Senin, 26 Agustus 2024.

Ia juga menjelaskan bahwa Myawaddy merupakan daerah konflik yang dikuasai oleh pihak pemberontak. Hal ini membuat kemampuan otoritas Myanmar terbatas dalam menangani wilayah Myawaddy. 

Selain itu, Judha mengatakan Kemenlu juga akan berkoordinasi dengan KBRI Bangkok, Thailand karena perekrut menjadikan Bangkok sebagai tempat transit sebelum pada akhirnya dibawah ke Myawaddy, Myanmar.

Pilihan Editor: KPK Periksa Keponakan Megawati di Tengah Pendaftaran Akhir Pilkada Jakarta 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kemenlu Ungkap Dua Akar Masalah Penyebab WNI Menjadi Online Scammer di Myanmar

10 jam lalu

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha. ANTARA/Yashinta Difa/aa.
Kemenlu Ungkap Dua Akar Masalah Penyebab WNI Menjadi Online Scammer di Myanmar

Kementerian Luar Negeri mengungkap akar masalah WNI mau bekerja menjadi online scammer di Myanmar.


Sindikat TPPO di Myanmar Minta Tebusan Rp 550 Juta ke Keluarga Korban di Sukabumi

15 jam lalu

Ilustrasi TPPO. Shutterstock
Sindikat TPPO di Myanmar Minta Tebusan Rp 550 Juta ke Keluarga Korban di Sukabumi

Sejumlah warga Kabupaten Sukabumi menjadi korban TPPO dan disekap di Myanmar. Mereka dijanjikan bekerja di bisnis kripto di Thailand.


WNI Bekerja Jadi Scammer Online di Myanmar, Migrant Care Minta Pemerintah Efektifkan Gugus Tugas TPPO

1 hari lalu

Direktur Eksekutif Migrant Care Indonesia Wahyu Susilo. ANTARA
WNI Bekerja Jadi Scammer Online di Myanmar, Migrant Care Minta Pemerintah Efektifkan Gugus Tugas TPPO

Migrant Care mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan preventif setelah ramai kasus TPPO di Myanmar.


Klarifikasi Ketua Satgas PPKS Unsoed Soal Kasus Kekerasan Seksual dan Dugaan Perdagangan Orang

1 hari lalu

Ilustrasi kekerasan seksual. Doc. Marisa Kuhlewein (QUT) and Rachel Octaviani (UPH)
Klarifikasi Ketua Satgas PPKS Unsoed Soal Kasus Kekerasan Seksual dan Dugaan Perdagangan Orang

Satgas PPKS Unsoed menerima laporan kekerasan seksual dari empat korban yang merupakan mahasiswi Unsoed.


Topan Yagi Hantam Myanmar, Junta Militer Minta Bantuan Asing Atasi Banjir

1 hari lalu

Foto udara menunjukkan banjir akibat Topan Yagi di provinsi utara Chiang Rai, Thailand, 12 September 2024. Setelah menghantam Vietnam, Topan Yagi bergerak ke Thailand hingga mengirimkan angin kecang, banjir dan tanah longsor. REUTERS/Boonwed Saetiow
Topan Yagi Hantam Myanmar, Junta Militer Minta Bantuan Asing Atasi Banjir

Junta Myanmar meminta bantuan asing untuk mengatasi banjir akibat topan Yagi.


Kemenlu Jekaskan Mekanisme Pemulangan WNI Korban TPPO di Luar Negeri

1 hari lalu

Yohana, sepupu korban WNI dugaan TPPO di Myanmar. (TEMPO/Muhammad Iqbal)
Kemenlu Jekaskan Mekanisme Pemulangan WNI Korban TPPO di Luar Negeri

Kemenlu mengatakan terdapat dua mekanisme pemulangan WNI korban TPPO di luar negeri. Tidak selalu jadi korban TPPO.


Fakta WNI Jadi Korban TPPO di Myanmar: Kerja 15 Jam, Dipukul dan Disetrum

1 hari lalu

Yohana, sepupu korban WNI dugaan TPPO di Myanmar menunjukkan cuplikab percakapan. (TEMPO/Muhammad Iqbal)
Fakta WNI Jadi Korban TPPO di Myanmar: Kerja 15 Jam, Dipukul dan Disetrum

Sejumlah Sukabumi dikonfirmasi menjadi korban TPPO atau perdagangan orang di Myanmar.


Pemerintah Dinilai Lamban Tangani WNI Korban TPPO di Myanmar

1 hari lalu

Keluarga korban dugaan tindak pidana perdagangan orang bersama pengacara dari Lembaga Bantuan Hukum Semarang setelah melapor di Kepolisian Daerah Jawa Tengah pada Selasa, 11 September 2024.Foto: dokumentasi LBH Semarang
Pemerintah Dinilai Lamban Tangani WNI Korban TPPO di Myanmar

Pluhan warga Indonesia yang diduga menjadi korban TPPO saat ini tersandera di Myanmar. Mereka dipekerjakan secara paksa dan mendapat siksaan.


Mahasiswi Unsoed Laporkan Kekerasan Seksual, Polresta Banyumas Periksa 10 Orang

1 hari lalu

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan, Bakorwil III Jateng, Waka Polsek Purwokerto Utara, Pembina UPL MPA Unsoed, anggota UPL MPA dan mahasiswa, dalam acara pelepasan tim Ekspedisi Soedirman VI yang terdiri dari tiga mahasiswa yang tergabung dalam Unit Pandu Lingkungan mahasiswa Pecinta Alam (UPL MPA). dok/unsoed.ac.id KOMUNIKA ONLINE
Mahasiswi Unsoed Laporkan Kekerasan Seksual, Polresta Banyumas Periksa 10 Orang

Polresta Banyumas telah memeriksa 10 orang dalam kasus kekerasan seksual yang dilakukan terhadap mahasiswi Unsoed.


Bebas Visa Sesama ASEAN, Ini Rute yang Kerap Dipakai Mengirim WNI ke Myawaddy Myanmar

2 hari lalu

Seorang personel militer berjaga, ketika 200 personel militer Myanmar mundur ke jembatan ke Thailand pada hari Kamis setelah serangan selama berhari-hari oleh perlawanan anti-junta, yang menyatakan mereka telah memenangkan kendali atas kota perbatasan Myawaddy yang penting, yang terbaru dalam sebuah serangkaian kemenangan pemberontak, dekat perbatasan Thailand-Myanmar di Mae Sot, provinsi Tak, Thailand, 11 April 2024. REUTERS/Soe Zeya Tun
Bebas Visa Sesama ASEAN, Ini Rute yang Kerap Dipakai Mengirim WNI ke Myawaddy Myanmar

Sejumlah WNI diduga terjebak menjadi pekerja online scammer di wilayah konflik Myawaddy Myanmar.