TEMPO.CO, Medan - Orang tua Doli Hamonangan Manurung melaporkan dugaan penganiayaan terhadap anaknya ke Polrestabes Medan. Ayah Doli, Edward Manurung, 64 tahun, mengatakan anaknya itu diduga dipukuli oleh anggota TNI hingga babak belur.
Menurut ibu korban, Valentina Panggabean, penganiayaan itu terjadi pada Ahad, 4 Agustus 2024. Pagi itu, Doli pulang ke rumah dengan pelipis luka. Sambil sarapan, Doli mengaku berkelahi. Dia bilang kepalanya pusing dan ingin istirahat setelah minum obat.
Valentina, 59 tahun, kemudian pergi. Ketika pulang ke rumahnya di Jalan Orde Baru, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Valentina terkejut, banyak orang tak dikenal ada di rumahnya. Pada saat itu Doli sudah babak belur.
"Ku tengoklah anak ku ditutup kepala dan mata pakai sweater-nya, tangannya diikat lakban. Mereka terus memukuli. Aku menjerit minta tolong jangan dipukuli, jangan disiksa karena dia bukan binatang. Mereka tak peduli, terus dipukuli, sambil dibawa keluar," kata Tina kepada Tempo, Sabtu, 10 Agustus 2024.
Menurut Valentina, Doli ditangkap oleh orang yang mengaku Brimob. Diperkirakan ada 20 pria berpakaian serba hitam yang datang mengendarai 5 mobil.
Pada saat itu Edward sedang tak di rumah. Begitu mendengar pengaduan istrinya, Edward bergegas pulang, namun Doli sudah dibawa pergi.
"Istri ku nangis-nangis, katanya Doli diculik segerombolan orang tak dikenal. Naik orang-orang itu ke lantai tiga, di situlah dipukuli si Doli. Hancur laptop, handpone, uang setoran parkir hilang. Seperti perampokan, dari lantai tiga sampai bawah, darah semua," katanya.
Menurut cerita istrinya, gerombolan orang tak di kenal itu, mendobrak pintu besi rumah dan memaksa masuk. Langsung naik ke lantai tiga, kamar Doli. Langsung memukuli, barang-barang diobrak-abrik.
Edward kemudian mencari tahu keberadaan anaknya. Sekitar pukul 00.00 WIB, barulah diketahui kalau Doli berada di Rumah Sakit Bhayangkara Medan. "Ku tengoklah si Doli terkapar, pingsan. Ku pikir udah tak ada lagi anak ku. Sudah kayak mayat, babak belur di muka, kepala, badan. Nangis-nangislah kami semua," ucap Edward.