Dalam laporan Tim Solidaritas Nasional untuk Rempang setidaknya sebanyak tiga orang warga mengalami luka dan belasan lainnya menjadi korban pemukulan.
Koalisi meminta menghentikan intimidasi dan kekerasan terhadap masyarakat adat di Pulau Rempang. "Koalisi menilai tindak intimidasi dan kekerasan tersebut merupakan bagian tak terpisah dari upaya untuk melakukan penggusuran paksa terhadap masyarakat Rempang yang selama ini getol mempertahankan ruang hidupnya," kata Teo Reffelsen Tim Solidaritas Nasional untuk Rempang yang juga Pengurus WALHI Nasional, dalam siaran persnya Rabu, (18/9/2024).
Teo juga menyampaikan, koalisi juga mengecam keberadaan Polisi yang mendiamkan atau membiarkan intimidasi dan kekerasan berlangsung pada hari ini. "Selain itu kami menilai dugaan adanya prajurit TNI yang terlibat dalam kejadian itu merupakan pelanggaran terhadap tugas pokok, fungsi dan peran TNI," katanya.
Warga melapor ke polisi, tapi dianggap cuma miskomunikasi
Usai kejadian, warga Rempang yang menjadi korban melaporkan tindakan pemukulan ke Polsek Galang. Kanit Polsek Galang Iptu Andika Samudera membenarkan bahwa sekelompok orang yang disebut tim solidaritas berpakaian preman adalah petugas PT MEG.
"Ada mis komunikasi di lapangan, antara warga dan pihak PT MEG, terhadap lahan yang dikelola PT MEG saat ini, warga mengakui lahan itu milik mereka, PT MEG mengakui lahan ini sudah dibebaskan," kata Andika usai menerima laporan warga tersebut.
Andika mengatakan, saat bentrokan terjadi anggota Polsek yang sedang patroli langsung ke TKP. "Kisruh antara warga dan PT MEG tidak bisa terbendung, eskalasi meningkat, warga melarang aktivitas yang dilaksanakan PT MEG yang sedang becocok tanam," katanya.
Kata Andika, sebanyak dua orang sudah melayang laporkan ke Polsek Galang. "Laporan sudah kita terima, visum sudah berjalan, kami akan periksa saksi-saksi dan korban. Setelah itu perkara dilimpahkan ke Polresta Barelang," katanya.
Tempo mencoba meminta wawancara dengan Juru Bicara PT MEG Fernaldi tetapi sampai berita ini diturunkan konfirmasi belum membuahkan hasil.
Sementera itu, saat dihubingi pagi tadi, Kamis, 19 September 2024, Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait mengatakan pihaknya tak memiliki kewenangan untuk berkomentar soal bentrokan itu. Tuty meminta Tempo menghubungi pihak PT MEG atau polisi setempat. Begitu juga saat ditanya terkait status lahan di Kampung Tua Goba.
Namun, saat ditanya soal banyaknya pihak yang meminta pembangunan PSN Rempang Eco City dihentikan, Tuty menegaskan BP Batam akan mendukung PSN sampai ada perintah selanjutnya. "Prinsipnya BP Batam tetap mendukung program PSN ini, sampai ada perintah selanjutnya," kata Tuty melalui pesan singkat WhatsApp kepada Tempo.
Tuty kemudian juga membagikan data beberapa petugas PT MEG yang menjadi korban pemukulan warga dalam kejadian tersebut. Dia mengklaim setidaknya ada tiga orang petugas PT MEG yang mengalami luka-luka. "Pemukulan dilakukan oleh masyarakat daput 6, dan yang dipukul adalah anak buah dari PT MEG karena dianggap mengarap lahan yang ditinggalkan masyarakat," kata Tuty.
Tuty juga menjelaskan, PT MEG juga telah membuat laporan ke Polsek Galang. Ia juga mengatakan, petugas PT MEG yang datang ke lokasi tersebut adalah, tim relawan yang sedang melakukan penanaman kembali di kawasan hutan gundul akibat usaha ilegal. "Tiba-tiba didatangi oleh oknum yang mengatasnakaman warga tempatan," kata Tuty.