TEMPO.CO, Batam - Bentrokan antara warga Pulau Rempang dan petugas PT Makmur Elok Graha (MEG) kembali terjadi pada, Rabu siang, 18 September 2024. Perseteruan kali ini membuat beberapa orang luka-luka, baik dari pihak warga maupun pihak petugas keamanan perusahaan.
Salah seorang saksi mata Asmah (44 tahun) menceritakan bentrokan itu terjadi pada Rabu sore. Awalnya, kata Asmah, ia bersama tiga orang warga perempuan dan satu laki didatangi petugas PT MEG yang datang ke kampung tua Gobah, tepatnya berada di dekat Masjid Nur Asiah. PT MEG merupakan perusahaan yang akan menggunakan lahan itu untuk proyek pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City. "Kita ibu-ibu empat orang, bapak-bapak satu, didatangi mereka (petugas PT MEG), kita nanya baik-baik, bapak mau apa?," kata Asmah menceritakan kronologis awal kejadian.
Saat ditanya petugas PT MEG tersebut tidak menjawab. Malahan melarang warga untuk mevideokan. "Dia bilang begini, ibu jangan video," katanya menirukan.
Asmah langsung menjawab, "Bapak boleh video kok saya tidak boleh video, memang satu orang dari mereka ada juga yang videokan kita," kata Asmah.
Seketika, kata Asmah, salah satu petugas PT MEG itu langsung emosi dan marah-marah kepada Asmah dan warga lainnya. "Disitu mereka langsung menyebutkan soal kepemilikan lahan di kampung tua Goba ini, ya saya bilang ini wilayah kita," kata Asmah.
Emosi petugas itu langsung memuncak dan mengajak sejumlah bapak-bapak untuk berkelahi. "Mereka langsung marah-marah, dia ancam bapak-bapak, ya bapak-bapak tak tahan kami perempuan dimaki-maki, juga ikut, terus dia ngancam bapak-bapak (mengajak berkelahi), kalau mau kita duel, saya tunggu jam 12 malam, saya tunggu di bukit layang," kata Asmah menirukan petugas PT MEG tersebut
Asmah menambahkan, warga kaget ketika satu orang dari petugas itu membawa senjata tajam. "Setelah itu cek-cok, cek cok, dua orang anggota Polsek Galang datang ke lokasi, kita sampaikan ke polsek untuk amankan pisau itu, saya bilang pak itu ada yang bawa senjata," kata Asmah.
Tidak hanya itu warga meminta polisi membawa petugas PT Makmur Elok Graha tersebut keluar dari Goba. "Kami tidak mau ada mereka disini, dua orang polisi itu membawa petugas MEG tersebut," kata Asmah.
Puluhan orang datang dan langsung melakukan pemukulan
Namun, sebelum pergi dari lokasi beberapa orang petugas MEG yang lain juga datang, dengan berpakaian bebas serba hitam dan kendaraan trail tanpa plat. "Ada sekitar puluhan orang," kata Asmah.
Saat itu kasta Asmah, orang-orang itu langsung memukul warga. "Warga juga berhak bela diri, mereka yang memulai, tidak mungkin mereka diam, bahkan ada warga kami yang menyabarkan orang ini malahan ditumbuk juga," katanya.
Salah satu korbannya adalah perempuan warga asli Pulau Rempan, Siti Hawa. Dia mengalami penganiayaan hingga patah tangan. "Kami perempuan juga dimaki-maki, ada juga perempuan lain kenak tindih," katanya.
Kata Asmah, tugasnya ketika itu hanya bisa menahan warga yang hampir terpancing emosi. "Saya sampaikan jangan sampai kita anarkis," kata Asmah.
Asmah menegaskan, apapun yang terjadi ia akan tetap membela kampung tanah moyangnya termasuk ia tidak takut dengan intimidasi dan kekerasan yang dilakukan PT MEG. "Sama-sama kita berjuang, kampung kita, kita tetap mempertahankan kampung kita, apapun yang terjadi warga tetap menolak relokasi," kata Asmah.
Asmah bilang, sampai saat ini kondisi di Pulau Rempang sudah kondusif. Warga yang menolak relokasi memperketat penjagaan posko paska kejadian itu.
Selanjutnya, hentikan intimidasi terhadap warga Rempang